Kisah-Kisah di Balik Syal Solidaritas Palestina

Sejumlah tokoh publik di tanah air mengirimkan dukungan mereka ke Palestina lewat syal. Ada cerita perjuangan ribuan janda di Gaza di balik syal yang jadi senjata diplomasi Menlu Retno Marsudi.

BY 4adminEdited Fri,29 Dec 2017,10:38 PM

Jawa Post - Jakarta

ANDRA O., DINDA J., BAYU AJI, Jakarta

PESAN dari Indonesia untuk Palestina itu dikirimkan Retno Marsudi lewat syal yang melingkar di leher. Ada bendera kedua negara yang bersanding di salah satu ujung.

”(Saya mengenakan) ini bukan semata komitmen pemerintah untuk mendukung Palestina. Tapi, juga bentuk dukungan dari masyarakat Indonesia,” terang menteri luar negeri Indonesia itu Kamis (7/12) di Jakarta.

Sehari sebelumnya (6/12), seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendeklarasikan pengakuan bahwa Jerusalem adalah ibu kota Israel. Sebuah kebijakan yang memicu kecaman dan kemarahan di penjuru dunia.

Kedubes AS di banyak negara didemo. Poster Trump dibakar di mana-mana. Para pemimpin negara dan pemerintahan ramai-ramai menghujat. Malaysia bahkan menyatakan siap mengirimkan pasukan ke Palestina.

Namun, di antara keriuhan itu, pesan dari syal yang dikenakan Retno tetap kuat terkirim. Dengan segera menjadi viral. Kemudian, kian marak pejabat publik di tanah air yang juga mengirim pesan serupa: dukungan melalui syal.

Sehari setelah Retno, Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengenakan syal serupa. Yakni, saat menghadiri pertemuan dengan seluruh pengurus kecamatan se-Jakarta Timur di GOR Ciracas.

Solidaritas untuk Palestina lewat syal itu juga menggema di gedung parlemen. Senin (11/12), saat DPR menggelar rapat paripurna penutupan masa sidang, para anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang hadir menggunakan pula syal Palestina. Begitu juga personel Fraksi Partai Persatuan Pembangunan dan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa.

Yang pasti, berbagai syal itu tidak datang dari ruang hampa. Ada kisah panjang di baliknya. Syal yang dikenakan Retno misalnya. Di baliknya ada cerita ribuan janda di Gaza yang menjadi saksi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Israel di sana. ”Maknanya sangat dalam. Touchy,” kata Retno.

Adalah Abdillah Onim, warga negara Indonesia yang sudah beberapa tahun bermukim di Gaza, yang membawanya ke sini. Menurut Retno, Onim adalah partner pemerintah tiap kali memberikan bantuan yang diperlukan Palestina.

Di Gaza, pria asal Galela, Halmahera Utara, itu mendirikan balai kreatif untuk para janda yang harus menghidupi anak-anak mereka. Ada sekitar 30 ribu janda di Gaza saat ini.

Balai itu dilengkapi trainer, mesin jahit, bahan benang, kain, dan yang lain. Para janda diajari cara merajut, menjahit, dan membordir. Misalnya, bordir jilbab, syal, baju, gantungan kunci, dan hiasan dinding. ”Semua corak tentu beda,” jelasnya kepada Jawa Pos Selasa (12/12).

Selain syal, tangan-tangan kreatif para janda di Gaza itu menghasilkan hiasan dinding, keffiyeh, gantungan kunci, dan dompet. Semua contoh produk itu dibawanya ke sini dan dihadiahkannya untuk Retno.

Retno, menurut Onim, sangat gembira menerimanya. ”Ini buat saya semua Bang Onim? Begitu kata Bu Menlu. Saya jawab, ’iya Bu, memang ini saya bawa spesial buat ibu’,” kata Onim.

Menurut Onim, semua itu hadiah dari para perempuan dan janda Palestina. ”Alhamdulillah kesampaian,” cerita Bang Onim yang sempat tidak percaya bisa bertemu langsung dengan Retno.

Onim tak menyangka syal yang dibawanya dari Gaza itu lantas viral sejak digunakan Retno menjadi senjata diplomasi. ”Saya sangat bangga. Saya senang karena ternyata pertemuan dan kehadiran saya di Indonesia yang hanya beberapa waktu tidak sia-sia,” ujarnya.

Anies juga menyebut syal yang dipakainya Jumat lalu diperolehnya langsung di Gaza. Persisnya ketika dia masih menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan.

Syal Anies merupakan perpaduan warna dasar putih aksen motif batik parang. Di bagian bawah syal tampak jelas paduan warna merah, hitam, dan putih dari bendera Palestina yang dipadukan dengan bendera Indonesia. Tak cukup sekali, Anies juga kembali mengenakan syal tersebut ketika berkantor di balai kota, Jakarta.

”Tentu dong, ini saya dapat ketika lagi peresmian Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Bentuk simbol persatuan Indonesia dan Palestina, satu motif batik, satu lagi motif serban Palestina,’’ katanya.

Menurut Anies, mengenakan syal itu merupakan bentuk ketidaksetujuan terhadap langkah AS yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Menurut dia, kebijakan tersebut melanggar berbagai kesepakatan dan bisa berakibat fatal.

”Kebetulan Jumat kan pakaian sadariah, saya cari sadariah yang serbannya Palestina, sebagai simbol simpati pada Palestina,’’ katanya.

Alasan solidaritas pula yang mendorong para anggota Fraksi PKS mengenakan syal Palestina. Tak seperti Retno dan Anies, syal itu bikinan kader PKS sendiri dan tidak dijual untuk umum.

Sebelum gonjang-ganjing akibat kebijakan kontroversial AS sekarang pun, PKS termasuk yang getol menyuarakan dukungan terhadap Palestina. Misalnya lewat demonstrasi. Dan, para kader mereka biasanya selalu mengenakan syal, ikat kepala, dan kaus bermotif Palestina.

Syal yang dipakai para pengurus dan kader PKS selama ini memang memiliki ciri khas tersendiri. Jika dibentangkan, pada satu sisi terdapat bendera Indonesia. Sedangkan pada bagian tengah terdapat motif kotak-kotak dan tulisan Palestina. Sementara di sisi lain berisi bendera Palestina.

”Dengan melakukan gerakan terus-menerus mengecam Israel maupun AS, hal ini bisa menjadi bukti bahwa langkah yang dilakukan Trump salah dan menyalahi sejarah masa lalu,” kata anggota Fraksi PKS M. Nasir Jamil.

(S: Jawa Post)

leave a reply
Posting terakhir