Israel mulai pembangunan tembok perbatasan yang kontroversial

Israel telah memulai pembangunan tembok perbatasan di perbatasan utara dengan Lebanon, sebuah rekaman dari Naqoura menunjukkan pekerjaan tersebut, Kamis (08/02/2018).

BY 4adminEdited Fri,09 Feb 2018,09:15 AM

Al-Masdar News - Naqoura

Naqoura, SPNA - Israel telah memulai pembangunan tembok perbatasan di perbatasan utara dengan Lebanon, sebuah rekaman dari Naqoura menunjukkan pekerjaan tersebut, Kamis (08/02/2018).

Tampak peralatan berat digunakan untuk memasang blok bangunan yang dibawa oleh truk di sepanjang perbatasan, yang sebelumnya ditandai dengan pagar. Operasi tersebut diawasi oleh pasukan Israel dan para wartawan.

Libanon telah mengecam operasi tersebut dengan menyebutnya sebagai gangguan dan tindakan agresi terhadap wilayahnya, dan menuduh Israel mengancam stabilitas perbatasan. Sejak itu, Israel membantah tuduhan yang menyatakan bahwa tembok tersebut seluruhnya berada di sisi perbatasan PBB yang diakui.

Pada hari Rabu, sekretaris jenderal Dewan Pertahanan Tinggi Libanon mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Tembok ini, jika dibangun, akan dianggap sebagai serangan terhadap tanah Lebanon" setelah bertemu dengan Presiden Lebanon Michel Aoun, Perdana Menteri Saad al-Hariri dan pejabat tinggi lainnya.

Pada hari Selasa, Aoun, al-Hariri dan juru bicara parlemen Nabih Berri berbicara tentang tindakan aktif yang perlu dilakukan untuk mencegah Israel membangun tembok perbatasan tersebut.

(T.RA/S: Al Masdar News)

leave a reply
Posting terakhir

Pengusaha Sudan Merencanakan Perjalanan Kontroversial Menuju Israel

Perpecahan tersebut tidak lepas dari krisis ekonomi yang dialami Sudan. Negara dengan ibu kota Khartoum tersebut hingga saat ini mengalami krisis ekonomi yang dahsyat, salah satu sebabnya adalah karena sanksi yang dijatuhkan pada negara ini semenjak masuk ke dalam daftar “negara yang mensponsori terorisme” Amerika pada 1993, akibat hubungan negara pada saat itu dengan organisasi-organiisasi Islam seperti Al-Qaeda, bahkan Osama bin Laden pernah tinggal di Sudan antara tahun 1992 hingga 1996. Sanksi tersebut menghalangi Khartoum dari segala investasi asing dan sukses mengisolasi Sudan dari dunia luar.