Hebron, SPNA - Seorang warga Palestina menjadi korban kedua yang gugur setelah berbagai bentrokan pecah di kota utara Urif, dekat Nablus.
Sebelumnya, Amir Omar Shahada (19) ditembak di bagian dada oleh pasukan IOF dan dilarikan ke Rumah Sakit Rafidia di Nablus. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, Amir yang menderita luka serius akhirnya meninggal.
Bentrokan pecah pada hari Sabtu ketika pemukim Israel dari permukiman Yitzhar di dekat Nablus menyerang desa Urif pada Sabtu malam.
Kabarnya, seorang warga Palestina kedua, berusia 16 tahun, juga ditembak di kaki saat bentrokan hari Sabtu tersebut.
Permukiman Yitzhar terkenal sebagai sarang tindakan ekstremisme Yahudi, terutama para pemuda permukiman.
Pada 2017 lalu, tiga pemuda dari Yitzhar ditangkap karena melempar batu ke ambulans militer Israel.
Sebelumnya, warga Yitzhar dituduh, dan dalam beberapa kasus dituntut, melakukan serangan 'berharga' di mana tindakan kekerasan dilakukan oleh kelompok pemukim terhadap warga Palestina sebagai pembalasan atas kebijakan anti-penyelesaian yang dirasakan dari pemerintah pusat Israel.
Pada tahun 2015, pemukim mengebom sebuah rumah warga Palestina di desa Duma, membunuh seorang remaja berusia 18 bulan yang sedang tidur.
Sebuah artikel tahun 2008 oleh New York Times menyebut Yitzhar sebagai benteng ekstremis di puncak bukit yang memerintah kota Nablus di Palestina ... (di mana) perang lokal...sedang dilancarkan. '
Seperti yang dilaporkan oleh Haaretz, juru bicara IOF mengeluarkan pernyataan bertentangan atas kejadian pada hari Sabtu tersebut. Ia menyatakan bahwa 'latar "konfrontasi antara orang-orang Palestina dan pemukim terjadi ketika orang-orang Palestina dari Urif terlihat menuju Yitzhar."
Haaretz melaporkan bahwa insiden tersebut masih diselidiki.
Seorang warga Palestina kedua terbunuh pada hari Jumat saat bentrokan pecah di Hebron.
Adalah Muhammad Zain Jabri (24) meningal di rumah sakit setelah mengalami luka akibat tembakan langsung pasukan pendudukan.
Jabri dilaporkan menderita bisu dan tuli, sekaligus ayah dari dua orang anak.
Kematiannya terjadi di tengah ketegangan yang terus berlanjut setelah pengakuan Presiden AS Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai Israel.
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) melaporkan bahwa antara pecahnya bentrokan pada tanggal 6 Desember 2017 dan 30 Januari 2018, 20 orang Palestina telah terbunuh dan 5.000 lainnya cedera.
UNOCHA menyatakan keprihatinannya dengan penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh pasukan pendudukan Israel.
"Para tentara menanggapi dengan menembakkan amunisi langsung untuk membubarkan para pemuda tanpa mencoba menggunakan cara yang tidak mematikan," kata UNOCHA.
(T.RA/S: Palestine News Today)