Israel yakin AS akan lindungi kesepakatan tenaga nuklir Saudi

Yerusalem, SPNA - Setelah pertemuan dengan para pejabat pemerintahan Trump pada Selasa (26/06/2018), menteri energi Israel menyatakan keyakinannya Amerika Serikat ...

BY 4adminEdited Thu,28 Jun 2018,10:26 AM

Yerusalem, SPNA - Setelah pertemuan dengan para pejabat pemerintahan Trump pada Selasa (26/06/2018), menteri energi Israel menyatakan keyakinannya Amerika Serikat tidak akan mengendurkan standar non-proliferasi dalam setiap kesepakatan kekuatan nuklir yang disepakatinya dengan Arab Saudi.

Israel dengan keras menentang upaya apa pun yang ditempuh Arab Saudi untuk melonggarkan pembatasan non-proliferasi pada pengayaan uranium atau pemrosesan kembali bahan bakar nuklir dalam kesepakatan apa pun antara kedua negara, Yuval Steinitz, menteri energi Israel, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

"Begitu Anda mengizinkan satu negara memperkaya uranium atau mengolah kembali bahan bakar, maka akan sangat sulit untuk memberi tahu negara lain yang ada di sekitarnya atau di tempat lain di dunia untuk tidak melakukan hal yang sama," katanya.

Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman mengancam akan melanjutkan proyek senjata nuklir jika Iran memilikinya.

"Arab Saudi tidak ingin memiliki bom nuklir, namun tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera melakukan hal yang sama," ungkapnya kepada CBS pada Maret lalu.

Steinitz, yang berada di Washington untuk Konferensi Gas Dunia, dalam pekan ini bertemu dengan para pejabat Trump untuk membicarakan mengenai upaya Arab Saudi untuk membangun setidaknya dua pembangkit listrik tenaga nuklir dengan bantuan teknologi AS. Dia tidak menyebutkan siapa yang ditemuinya.

Israel adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir meskipun "malu-malu" mengakui kemampuan nuklir militernya.

Menteri Energi AS Rick Perry telah bekerja dengan Arab Saudi dalam perjanjian nuklir sipil yang memungkinkan kerajaan memperkaya uranium dan memproses kembali plutonium, praktik-praktik yang oleh para pengembang non-proliferasi dikhawatirkan dapat diubah secara terselubung untuk menghasilkan bahan fisil untuk senjata nuklir.

Israel dan Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik formal, tetapi mereka telah menjadi sekutu de-facto melawan Iran.

Jika Amerika Serikat mengizinkan Saudi untuk melonggarkan standar, "maka Anda memperburuk upaya non-proliferasi, jadi saya yakin Amerika akan mendengarkan kekhawatiran kami," kata Steinitz.

Steinitz mengatakan, Israel akan mendukung pengembangan kekuatan nuklir Arab Saudi hanya jika praktek tersebut tidak melanggar kesepatatan non-proliferasi dan jika kerajaan membeli uranium dari Amerika Serikat.

Arab Saudi mengatakan, jika tidak mendapatkan bantuan AS untuk membangun reaktor, mereka dapat beralih ke mitra internasional lainnya. Kerajaan juga sedang berdiskusi dengan perusahaan-perusahaan dari Rusia, Cina, Korea Selatan, dan negara-negara lain mengenai tenaga nuklir.

(T.RA/S: MEE

leave a reply