Penghentian dana bantuan AS ancam pasien di RS. Augusta Victoria, Yerusalem Timur

Saat menyaksikan rumah sakit Augusta Victoria, tak ada yang nampak berbeda sebagaimana layaknya pusat kesehatan lainnya. Para dokter tampak sibuk berlarian, sementara pihak keluarga mendampingi para pasien.

BY 4adminEdited Fri,14 Sep 2018,11:58 AM

The National - Al-Quds

Al-Quds, SPNA - Saat menyaksikan rumah sakit Augusta Victoria, tak ada yang nampak berbeda sebagaimana layaknya pusat kesehatan lainnya. Para dokter tampak sibuk berlarian, sementara pihak keluarga mendampingi para pasien.

Suasana seperti ini tidaklah biasa bagi Mohammed Darbah (12), bocah beranjak remaja yang datang dari Rafah di Jalur Gaza untuk menjadi kemoterapi di rumah sakit yang terletak di Bukit Zaitun, Yerusalem Timur (Al-Quds) tersebut.

Di sisinya, sang ibu, Wafa, dengan setia mendampinginya.

"Kondisinya menjadi lebih baik sejak datang ke sini," katanya kepada The National.

Namun, Mohammed menjalani pengobatan di bawah bayang-bayang penghentian dana bantuan AS. Rumah sakit ini kemungkinan akan terkena keputusan Presiden Donald Trump yang akan menghentikan $ 25 juta dana bantuan bersama lima rumah sakit lainnya di Yerusalem Timur.

Meskipun ada upaya untuk menjaga semangat anak-anak, orang tua, petugas medis dan perawat, namun tetap saja persoalan tersebut akan menimbulkan kekhawatiran mengenai perawatan anak-anak di rumah sakit itu.

Langkah tersebut, telah menjadi bagian dari hukuman AS atas kepemimpinan Palestina karena menganggap AS bukanlah mediator yang jujur dalam pembicaraan damai dengan Israel. Tak pelak, hal ini menyentuh kelompok yang paling rentan merasakan dampaknya, yaitu para pasien yang telah bergulat dengan penyakit mereka.

Muhammad, satu di antara banyak pasien. Di dekatnya, terdapat anak seusianya yang akan menjalani kemoterapi intravena. Di aula, dua badut berhidung merah berbicara dengan riang kepada para pasien belia, menyanyi dan menggambar senyuman dari anak-anak yang sangat kecil yang menjalani perawatan dialisis.

Keputusan penghentian bantuan kesehatan telah melahirkan kecemasan. "Keputusan Amerika ini membangkitkan rasa takut," kata Wafa Darbah.

"Ini sangat berbahaya. Biarkan Mohammed menyelesaikan perawatannya sehingga dia bisa melanjutkan hidupnya dengan normal, kembali ke sekolahnya dan bermain dengan teman-temannya," tambahnya.

Putranya adalah satu dari 800 pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang dirawat setiap hari di rumah sakit itu. RS. Augusta Victoria telah memberikan perawatan lanjutan di luar fasilitas yang lebih sederhana yang terdapat Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Basma Khoury (58), mantan manajer proyek Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari Ramallah, yang dirawat karena kanker payudara yang menyebar ke tulang belakangnya, tersentak oleh tindakan pemerintahan Trump.

"Saya khawatir, saya akan merasakan dampaknya. Ini sangat tidak adil dari pandangan manusia. AS mencoba menekan PA tetapi pasien kanker tidak bertanggung jawab atas politik (yang sedang berlangsung)," tutur wanita yang telah berjuang melawan kanker sejak 1997.

Ia telah menjalani perawatan kemoterapinya beberapa kali, "Kemoterapi semacam ini menyebabkan nyeri tulang, nyeri sendi, dan kelelahan. Saya selalu mengalami kram di usus." Akibatnya, ia pun harus berhenti bekerja tiga tahun lalu.

Belum jelas seberapa jauh dan cepat dampak penghentian bantuan tersebut akan dirasakan oleh rumah sakit. Namun, Otoritas Palestina telah berjanji untuk menutupi kekurangan dana sebesat $ 25 juta.

"Semoga dalam waktu singkat akan dikelola oleh dana tambahan dari anggaran nasional," kata Walid Nammour, kepala eksekutif Augusta Victoria dan sekretaris Jaringan Rumah Sakit Yerusalem Timur.

Seperempat anggaran rumah sakit sebelumnya disediakan oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat, katanya.

Gambaran itu suram, menurut Dokter untuk Hak Asasi Manusia-Israel, sebuah organisasi Israel yang membantu Palestina dengan perawatan kesehatan, mengingat bahwa PA sudah berutang banyak kepada rumah sakit.

"Rumah sakit di Yerusalem Timur telah mengalami kesulitan keuangan untuk beberapa waktu dan penghentian bantuan dapat menyebabkan keruntuhan total yang akan menahan hak atas kesehatan dari puluhan ribu pasien," katanya dalam sebuah pernyataan.

Seorang dokter yang merawat Mohammed Darbah, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan tentang anak-anak: "Dia membaik tetapi dia masih membutuhkan banyak kemoterapi berat yang sangat melelahkan dan sangat beresiko. Dalam waktu mendatang dia akan membutuhkan darah dan trombosit."

Dokter yang sama mengatakan tentang pemotongan dana Amerika. "Saya khawatir bahwa hal itu akan mempengaruhi kualitas pengobatan. Pada titik tertentu, kami akan menghadapi kesulitan dengan pilihan diagnostik dan pengobatan kami."

"Ini seperti pemerasan. Memalukan bahwa Anda memeras anak-anak melalui perlakuan terhadap mereka."

(T.RA/S: The National)

leave a reply