Krisis listrik mengancam operasional Rumah Sakit terbesar di Gaza

Jalur Gaza, SPNA - Dr Medhat Abbas,  mengatakan bahwa Rumah Sakit Al-Syifa hanya dapat ....

BY 4adminEdited Mon,17 Sep 2018,01:09 PM

Jalur Gaza, SPNA - Dr Medhat Abbas,  mengatakan bahwa Rumah Sakit Al-Syifa hanya dapat beroperasi selama satu minggu.

Direktur Rumah Sakit terbesar di Gaza tersebut dalam konferensi pers, Minggu (16/9/2018) menerangkan bahwa Al-Syifa setiap bulannya membutuhkan sekitar 150.000 hingga 180.000 liter bahan bakar untuk menghidupkan pembangkit listrik.

“Sementara untuk waktu sehari, kami membutuhkan 5.000 hingga 7.000 liter bahan bakar, sesuai dengan rentang waktu pemutusan arus listrik ke Gaza yang naik dari 16 jam menjadi 20 jam perhari.”

Abbas menambahkan bahwa krisis bahan bakar akan membahayakan ribuan nyawa pasien karena tidak mendapatkan perawatan memadai.

 “ 420 pasien penderita gagal ginjal tidak lagi dapat melakukan dialysis akibat krisis listrik yang disebabkan minimnya bahan bakar, ‘’ ujarnya.

“Selain itu krisis bahan bakar juga akan menggagalkan operasi di Rumah Sakit Al-Syifa. Hingga saat ini ada sekitar  8000 operasi yang telah terdaftar dalam agenda kami.’’

Abbas menjelaskan bahwa para kru dan teknisi telah bekerja keras  dengan segenap kemampuan mereka untuk mengaktifkan generator listrik.

Selain krisis istrik, Rumah Sakit Al-Syifa juga mengalami krisis air akibat pemutusan air 3 kali selama seminggu.

Hal ini disebabkan pusat desalinasi air milik rumah sakit tersebut hanya mampu memproduksi 500 gelar air sementara jumlah air yang dibutuhkan mencapai 1000 gelas.

“Disaat yang sama kami tidak dapat menggunakan air dari luar akibat pencemaran, ‘’ tambahnya.

Selain itu,  Abbas juga mengeluhkan krisis obat-obatan dan peralatan medis dan laboratorium di rumah sakit tersebut.

“Kami  meminta kepada pihak berwenang baik di sektor lokal, regional dan internasional untuk membantu operasional rumah sakit al-Syifa dimana hal ini akan menyelematkan nyawa pasien Gaza.

Jalur Gaza adalah wilayah yang terisoliasi pasca blokade Israel yang telah berlangsung selama lebih dari 11 tahun.

Sekjen PBB Antonio Guterrez dalam sidang Komite HAM Palestina di PBB memperingatkan bahwa Gaza akan menjadi wilayah tak layak huni pada tahun 2020.

Blokade yang diberlakukan Israel sejak 13 tahun lalu telah melumpuhkan kehidupan di Gaza. Menurut statistik resmi terbaru, angka kemiskinan di Gaza mencapai sekitar 80%, sementara tingkat pengangguran mencapai 50%.’’

Guterres juga mendesak masyarakat internasional berkontribusi dalam solusi dua negara serta menangani krisis di Palestina sesuai resolusi PBB terkait.

Bulan lalu, Pemerintah AS yang menghentikan donasinya terhadap Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat, UNRWA.

(T.RS)

Abdel Hamid Akkila

leave a reply