Gaza, SPNA - Sejak aksi protes warga pertama kali digelar, 188 warga Gaza tewas dan 18 ribu lainnya luka-luka akibat terkena peluru Israel. Meski demikian hal tersebut tidak membuat semangat para demonstran kecut untuk memperjuangkan hak mereka dari tangan-tangan besi penjajah. Hal ini juga berlaku bagi Abu Hasan, seorang kakek berusis 62 tahun.

Dengan menggunakan sepeda, Abu Hasan berangkat menuju medan demostrasi di perbatasan Gaza. Abu Hasan tidak hadir untuk ikut membalas peluru Israel dengan lemparan batu seperti yang dilakukan pemuda muda Gaza. Ia Sadar betul umurnya tidak lagi muda, tapi itu tidak cukup untuk mengekang niat membela tanah air dari penjajah yang telah ia kenal sejak kecil.

Kakek berusia 62 tahun tersebut mengayuh sepeda setiap minggu sejauh empat km untuk mencapai salah satu medan demonstrasi warga. Berbekal beberapa botol air minum yang telah ia isi ulang, Abu Hasan berputar-putar mencari warga yang kehausan. Kegiatan ini rutin dilakukannya setiap aksi warga digelar.

“Umur saya 62 tahun, sudah saatnya saya kembali ke rumah dan tanah yang dicaplok Israel. Meski tidak berhasil, anak dan cucu saya pasti akan melakukannya.” Ucapnya yakin.

“Adakah manusia di dunia ini yang rela menyerahkan rumahnya untuk penjajah?” Tanyanya.

Abu Hasan mengirim pesan kepada Israel, ia mengatakan, “Tanah ini milik kami, akan tiba saat dimana kami merebut kembali tanah tersebut. Kalian merampasnya dari kami, dan kami tidak akan menyerah, sekuat apapun kalian kami akan terus kembali ke sini untuk menantang.”

Demonstrasi rakyat Palestina Gaza telah berlangsung sejak 30 Maret lalu. Aksi tersebut dilakukan di lima titik perbatasan Gaza-Israel, sebelah timur masing-masing provinsi Gaza.

Dalam aksi yang dikenal dengan sebutan The Great March of Return tersebut, warga menuntut untuk bisa kembali ke tanah mereka yang dirampas Israel dan memblokir blokade Israel terhadap Gaza yang sudah berlangsung bertahun-tahun.

(T.HN/S:Palinfo)