Dari penjajahan wilayah, pendidikan hingga moralitas, derita Yerusalem setelah 831 tahun dibebaskan Salahuddin Al-Ayyubi

Yerusalem, SPNA - 831 tahun berlalu sejak Salahuddin al-Ayyubi membebaskan kota Yerusalem dan membersihkan kota suci tersebut dari pasukan salib.

BY 4adminEdited Wed,03 Oct 2018,01:10 PM

Yerusalem, SPNA - 831 tahun berlalu sejak Salahuddin al-Ayyubi membebaskan kota Yerusalem dan membersihkan kota suci tersebut dari pasukan salib. Namun untuk kali kedua, Yerusalem saat ini kembali diduduki oleh tangan besi zionis Israel.

2 Oktober tahun 1187 merupakan hari pembebasan kota Yerusalem yang dipimpin Salahuddin al-Ayyubi setelah 88 tahun kota tersebut dikuasai pasukan salib.

Setelah lebih dari seribu tahun, penjajahan terhadap Yerusalem kembali terjadi, namun kali ini dilakukan gerakan zionisme internasional pada tanggal 6 Juni 1967.

Sejak menduduki Yerusalem, Israel berupaya menghapus sisa peninggalan Islam dan Kristen di kota  suci tersebut dan berupaya menjadikannya kota Yahudi. Dengan berbagai cara, warga muslim yang masih bertahan di usir dari Yerusalem.

Tahun 1981 Israel mendeklarasikan bahwa Yerusalem Timur dan Barat merupakan ibukota negara mereka.

Israel jugam menolak memberikan status ‘’warga negara’’ kepada bangsa Palestina, mereka hanya diberikan surat izin tinggal permanen.

Masjid Al-Aqsa

Tidak mungkin membahas pendudukan Yerusalem jika tidak dimulai dari Masjid al-Aqsa yang merupakan kiblat kedua bagi umat Islam, serta tempat suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Imam Besar Masjid Al-Aqsa, Syekh Ikrimah Sabri (79 tahun) menjelaskan bahwa Masjid Al-Aqsa sudah menjadi sasaran Israel sejak awal mereka menjajah kota Yerusalem.

Sabri menjelaskan kepada Anadolu Agency, bahwa hal yang pertama dilakukan Israel ketika mengambil alih Al-Aqsa adalah merebut kunci gerbang Maghribi, salah satu gerbang Al-Aqsa.

Israel lalu menghancurkan wilayah Harrah Maghribiah lalu merubahnya menjadi rumah suci bagi Yahudi.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa

Pembakaran Masjid Al-aqsa terjadi tanggal 21 agustus tahun 1969 yang dilakukan seorang warga Kristen Australia.

Syekh Ikrimah Sabri menjelaskan, Israel bertanggung jawab atas pembakaran Masjid Al-Aqsa yang kemudian dipadamkan sendiri oleh warga Palestina tanpa meminta bantuan negara lain.

Penggalian bawah tanah

Syekh Sabri menjelaskan bahwa hingga saat ini, Israel masih melakukan penggalian bawah tanah. Hal ini mengancam Al-Aqsa jika sewaktu-waktu terjadi gempa.

Penggalian tersebut terbentang dari wilayah Silwan (Yerusalem lama) menuju bawah tanah Masjid al-Aqsa.

Hal dibuktikan sebagian bangunan Palestina yang rusak tanpa sebab di wilayah barat Masjid Al-Aqsa menuju arah Silwan.

“Kami yakin bahwa pihak Israel melakukan penggalian dibawah Masjid, dimana hal ini sudah terungkap sejak 1980 silam.”

Sabri menambahkan bahwa tujuan penggalian Masjid Al-Aqsa yang dilakukan Israel bertujuan mencari sisa-sisa peninggalan milik bangsa Yahudi.

Perubahan wajah kota Yersualem

Dr. Mahdi Abdel Hadi, seorang pakar urusan Yerusalem, mengatakan bahwa sejak Israel menduduki Yerusalem Timur, mereka menerapkan langkah-langkah untuk mengosongkan Yerusalem dari warga Paletsina.

Hingga saat ini 40% dari populasi Yerusalem diisi oleh warga Palestina. Hal ini setelah pihak Israel menerapkan langkah-langkah mengurangi populasi Palestina di Yerusalem sebanyak 28% 

3 Perang

Menurut Hadi, warga Yerusalem saat ini menghadapi 3 jenis perang, perang tempat suci, perang pemikiran dan perang agenda.

Terkait perang tempat suci, Hadi menjelaskan bahwa Israel memaksakan penerapan hukum Yahudi di situs-situs suci Islam dengan senjata. Hal ini bertujuan untuk menghapus identitas Islam dan Palestina di situs-situs suci di kota tersebut.

Sementara untuk perang pemikiran dan kebudayaan, Israel mengucurkan dana sebesar 579 Dolar AS untuk merubah wajah kota Yerusalem dalam 5 tahun kedepan.

Israel juga menghancurkan komunitas Yerusalem melalui pendidikan setelah mereka gagal melakukannya sejak 51 tahun silam. Hal ini dilakukan dengan merubah sistem sekolah-sekolah Arab menjadi sekolah Ibrani, kemudian merubah bahasa Arab menjadi bahasa Ibrani.

 “Namun bangsa Palestina sangat mengerti rencana busuk tersebut dan tidak terpengaruh. Mereka bersedia membayar pajak untuk mendapatkan izin tinggal permanen di Yeruslaem. Disaat yang sama mereka memboikot pemilu Israel serta berusaha keras menjaga kebudayaan dan bahasa Arab demi mempertahankan tanah air. ‘’

Penjajahan moral masyarakat

Sementara itu, mantan guru besar Palestina,  Abdul Halim Muhammad,  menjelaskan bahwa Israel tidak hanya menjajah Yerusalem namun juga merupaya menjajah moral dan kepribadian bangsa Palestina.

“Mereka sengaja menyuplai narkoba untuk merusak pribadi dan moral remaja-remaja Palestina. Meskipun demikian, kesadaran moral bangsa Palestina menggagalkan rencana busuk tersebut. ‘’

Di bidang pendidikan, pihak Israel telah melakukan upaya-upaya merubah sistem pendidikan Palestina di sekolah-sekolah.

“Pihak Israel menerapkan sistem pendidikan yang melemahkan jatidiri Palestina, namun mereka gagal., ‘’ terangnya.

Permukiman Ilegal

Permukiman dan hunian ilegal merupakan ancaman paling bahaya yang dihadapi warga Yerusalem.

Berdasarkan laporan Direktur Departemen Pemetaaan Kota Yerusalem (swasta), Khalil Tafkiji, hingga saat ini ada 15 permukiman Israel yang bercokol di kota suci Yerusalem.

Peneliti permukiman Israel tersebut menambahkan bahwa sejak 1967 hingga saat ini jumlah warga Israel yang tinggal di Yerusalem mencapai angka 125.000 jiwa.

Sementara itu Lembaga HAM Palestina diantaranya Yayasan Al-Maqdisi untuk pengembangan kemasyarakatan menjelaskan bahwa pemerintah Israel menghapus kependudukan ribuan warga Palestina, menghancurkan 2000 rumah serta mencaplok ribuan ratusan hektar tanah untuk pembangunan hunian ilegal.

Sebelumnya UNESCO menetapkan 2016 lalu bahwa Yeruslaem lama termasuk Al-Aqsa merupakan salah satu peninggalan sejarah yang terancam. UNESCO juga membantah hubungan sejarah antara Yahudi dan Masjid Al-Aqsa.

(T.RS/S:AnadoluAgency)

 

leave a reply
Posting terakhir