Washington, SPNA - Puluhan warga Arab-Amerika, serta perwakilan organisasi Yahudi dan Kristen, pada hari Rabu (10/10/2018), di depan kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington, melakukan demonstrasi melawan keputusan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk menutup kantor tersebut setelah 24 tahun beroperasi.
Pada bulan September, Departemen Luar Negeri memerintahkan penutupan kantor PLO karena "Palestina menolak untuk mengambil langkah-langkah untuk memulai perundingan langsung dan penuh makna dengan Israel," menurut Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton.
Anggota misi PLO, Shahinaz Wafi, berbicara kepada para demonstran dan mengatakan kepada mereka bahwa penutupan kantor PLO berarti "memotong hubungan diplomatik dan politik antara Palestina dan AS."
Hanna Hanania, kepala Federasi Ramallah Amerika, mengatakan bahwa "kehadiran Palestina di AS akan terus berlanjut meskipun terjadi penutupan kantor PLO dan aksi akan terus berlanjut untuk menekan pembukaan kembali kantor itu."
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Malki, menyebutkan bahwa plakat di gedung itu, yang mengidentifikasi itu sebagai kantor PLO, akan dihapus, namun, bendera Palestina akan tetap dikibarkan, karena itu adalah bangunan pribadi, kecuali pemiliknya dipaksa oleh pemerintah AS untuk menghapusnya.
Kantor PLO di Washington telah lama menjadi fokus kontroversi sejak tahun lalu, ketika pemerintah Trump memperingatkan bahwa mungkin menutup kantor itu setelah Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan penyelidikan dan penuntutan para pejabat Israel oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) .
(T.RA/S: Ma'an News)