Opini: Arti penting kegagalan AS-Israel di Majelis Umum PBB

Resolusi rancangan Amerika Serikat (AS) -yang mengutuk gerakan perlawanan Palestina Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya- telah gagal memperoleh suara mayoritas ....

BY 4adminEdited Sat,08 Dec 2018,01:07 PM

Oleh: Motasem A. Dalloul

Resolusi rancangan Amerika Serikat (AS) -yang mengutuk gerakan perlawanan Palestina Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya- telah gagal memperoleh suara mayoritas di Majelis Umum PBB. Meskipun AS "memberi peringatan" pada negara-negara yang menentang usulan tersebut.

AS dan Israel berusaha keras untuk memastikan bahwa resolusi itu disahkan, karena meski resolusi Majelis Umum tidak mengikat negara-negara anggota, namun ia dianggap sebagai barometer opini dunia.

Memperkenalkan resolusi rancangannya, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, menyerukan kepada negara-negara anggota untuk memiliki pandangan yang berbeda tentang konflik Israel-Palestina dan memilih resolusi itu. Pada satu tahap, Haley tampaknya meminta negara-negara anggota untuk tidak menentang rancangan AS tersebut.

 “Majelis Umum telah mengesahkan lebih dari 700 resolusi yang mengutuk Israel dan tidak satupun resolusi yang mengutuk Hamas,” jelas Haley. Bisa dibilang lebih merupakan cerminan penghinaan Israel terhadap hukum internasional daripada kecaman terhadap Majelis Umum. Upaya Haley sia-sia; setelah kurang dari dua pertiga anggota yang memilihnya.

Haaretz menyebut kegagalan resolusi ini sebagai pukulan telak bagi AS dan Israel. Sementara The times of Israel menyebutnya ‘kekalahan Israel dan sekutu Amerika-nya setelah bermingu-minggu upaya diplomasi.”

Hamas, Otoritas Palestina (PA) dan faksi lainnya merayakan kegagalan aliansi AS-Israel dan berterimakasi kepada semua negara yang memilih menentang revolusi tersebut,” tutur juru bicara Hamas Sami Abu Zahri. Presiden PA Mahmoud Abbas juga menyambut kegagalan tersebut dengan mengatakan “Kepersidenan berterikasih kepada semua negara yang menentang resolusi yang dirancang AS, yang meneggaskan bahwa tidak boleh ada kecaman terhadap perjuangan Palestina.”

Kegagalan AS-Israel di forum internasional menunjukkan bahwa semua faksi Palestina berdiri bersama membela hak-hak sah rakyat Palestina untuk melawan pendudukan penjajah Israel atas tanah mereka. Dan secara umum menentang upaya-upaya internasional untuk merongrong hak tersebut, seperti –yang diabadikan dalam hukum internasional- hak melawan pendudukan militer.

“Kesatuan Palestina dalam menentang reolusi ini menekankan bahwa perlawanan sesungguhnya adalah kepada pendudukan Israel dan kroni-kroninya, bukan terhadap faksi-faksi Palestina, siapapun mereka,” tegas wakil pemimpin Fatah, Mahmoud Al-Aloul. Ditegaskannya kembali bahwa persatuan adalah senjata yang yang dimiliki rakyat Palestina dalam “berjuang untuk kebebasan.”

Menurut salah satu anggota biro politik Front Populer untuk Pembebasan Palestina, Jamil Mezhir, hasil di PBB merupakan serangan terhadap AS dan Israel yang telah mencoba “mengkriminalisasi perlawanan nasional Palestina.”

Sejalan dengan itu, mitranya dari Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Tala Abu Zarifa, menyatakan bahwa kegagalan (AS) untuk mendapatkan resolusi, "adalah kemenangan bagi keadilan internasional dan legitimasi perlawanan Palestina." Daud Shehab dari Jihad Islam menggambarkan pemungutan suara tersebut sebagai "tamparan bagi AS dan pendudukan Israel yang telah mempromosikan kebohongan di podium internasional."

Tentu saja, pemungutan suara di PBB mencerminkan pemahaman yang berkembang terhadap posisi Palestina dalam perjuangan untuk kebebasan dan legitimasi perlawanan terhadap pendudukan Israel. Ini juga merupakan indikasi bahwa mayoritas negara anggota PBB tidak percaya bahwa masalah (konflik Israel-Palestina) ini dapat diselesaikan oleh kekuatan dan propaganda Israel yang memaksakan solusi pada Palestina. Hak yang sah harus dilestarikan dalam resolusi yang komprehensif, dimulai dengan mengakhiri pelanggaran dan agresi Israel.

Menariknya, tanggapan terhadap pemungutan suara mengungkapkan wajah nyata demokrasi Israel, yang memusuhi siapa pun yang tidak mendukungnya secara membuta, termasuk pendudukan kolonialnya dan penghinaannya terhadap hukum dan konvensi internasional. Dalam upaya untuk membenarkan ini, Israel, seperti biasa, telah menyerang dan melakukan "playing victim". Kenyataannya, tentu saja, Israel yang bersenjata nuklir jauh dari fakta sebagai korban dalam semua ini. Ide pertahanan diri yang ditempuh adalah membom dan membunuh terlebih dahulu dan mungkin, mungkin saja, kelak sakan mengajukan pertanyaan.

Itulah sebabnya mengapa Duta Besar Israel di PBB, terpaksa menyebut perlawanan sah itu sebagai sesuatu yang “jahat” dalam tanggapannya. “Keheninganmu dalam menghadapi kejahatan mengungkapkan warna aslimu,” kata Danny Danon kepada dunia. Ia adalah orang yang menyerukan untuk meratakan Jalur Gaza dan mengatakan bahwa Partai Likud yang berkuasa memiliki "bukanlah tempat bagi siapa pun yang mendukung perjanjian damai dengan Palestina." Ide Israel tentang "kebenaran" ("Kami akan terus berjuang untuk kebenaran! ”tweeted Danon) adalah bahwa baginya, siapap pun yang tidak mendukung pembunuhan warga sipil Palestina saat mereka menyerukan penerapan hak mereka yang sah untuk kembali ke tanah mereka, adalah musuh.

Menyusul kegagalan resolusi yang disponsori AS, Majelis Umum PBB secara besar-besaran mengesahkan resolusi yang diusulkan oleh Irlandia yang menyerukan “pencapaian, tanpa penundaan, perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi di Timur Tengah atas dasar Resulusi PBB yang relevan,” termasuk Resolusi 2334. Resolusi itu juga menyerukan diakhirinya pendudukan Israel dan menekankan dukungan“ tak tergoyahkan ”untuk solusi dua negara berdasarkan perbatasan pra-1967. Menurut Danon, yang menentang solusi dua negara, ini hanyalah, "Resolusi anti-Israel."

PBB telah mengeluarkan "700 resolusi" mengutuk Israel karena melanggar hukum internasional dengan kebijakan kolonial dan tindakan agresif terhadap rakyat Palestina. Jika mereka benar-benar ingin mengakhiri konflik - dan pandangan perwakilan seperti Danny Danon menunjukkan bahwa, setidaknya secara resmi Israel harus mengubah kebijakan mereka dan berhenti melanggar hak-hak Palestina. Hanya dengan itu kedamaian yang adil bisa terjadi. Itulah kebenaran dan pentingnya kegagalan aliansi AS-Israel di Majelis Umum PBB pekan ini.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir

Palestina akan mencari perlindungan internasional di Majelis Umum PBB

Menteri Luar Negeri Palestina Riyad Al-Maliki mengatakan bahwa Palestina akan menyerukan kepada Majelis Umum PBB untuk melakukan pertemuan dengan tajuk "Bersatu untuk Perdamaian Abadi" guna mencari perlindungan internasional bagi rakyat Palestina, karena kemungkinan adanya veto di Dewan Keamanan PBB.