Hamas tuntut Israel bertanggung jawab atas serangan di Gaza

Jalur Gaza, SPNA - Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, menyatakan bahwa pemerintah Israel bertanggung jawab atas serangan beruntun ....

BY 4adminEdited Mon,14 Jan 2019,10:41 AM

Jalur Gaza, SPNA - Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, menyatakan bahwa pemerintah Israel bertanggung jawab atas serangan beruntun yang masih berlanjut di Gaza.

Juru bicara Hamas, Fauzi Barhoum dalam konferensi pers, pasca agresi Israel, Sabtu malam (12/01/2018) mengatakan: ‘’Penjajah Israel bertanggung jawab atas pelanggaran hukum dan pembunuhan berdarah dingin terhadap para demonstran yang ikut serta dalam aksi damai Great March of Return.”

“Agresi Israel adalah bukti bahwa para penjajah itu sedang bermain api. Tindakan mereka hanya akan memperburuk situasi keamanan di permukiman Israel. Kami bertanggung jawab secara moral memaksa musuh mengambil tindakan sesuai dengan keinginan dan maslahat masyarakat, ‘’ tegasnya.

Pesawat tempur Israel dilaporkan kembali menyerang sejumlah sasaran di Jalur Gaza, Sabtu dini hari (13/01/2018). Berdasarkan laporan Maannews, Israel menyerang sasaran dan lokasi pengintaian Hamas di Gaza timur  serta wilayah Jabal el-Reis.

Jalur Gaza adalah wilayah yang terisoliasi akibat blokade yang telah berlangsung selama lebih dari 12 tahun.

Wilayah dengan luas 365 km persegi tersebut hancur lebur akibat 3 perang besar tahun 2009, 2012 ,2014 dan perang 48 jam November 2018 lalu.  Akibatnya seluruh sektor kehidupan Gaza lumpuh total akibat krisis listrik, air, penutupan jalur perbatasan.

Situasi ini diperparah setelah Pemerintah AS menghentikan donasinya terhadap Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA yang merupakan tulang punggung warga Gaza dimana  setengah dari populasi mereka adalah pengangguran.  

Sekjen PBB, Antonio Guterres bahkan telah menegaskan bahwa Gaza yang memiliki populasi 2 Juta jiwa tersebut akan menjadi wilayah tak layak huni pada tahun 2020.

Hal ini membuat warga Gaza terpaksa menggelar aski masal “Great March of Return” demi menuntut pemerintah Israel agar memulangkan pengungsi Palestina ke tanah air serta menghapus blokade terhadap Gaza. Aksi yang dimulai 30 Maret 2018 tersebut masih terus berlanjut hingga saat ini.

Sebelumnya, kedua pihak telah setuju untuk melakukan perundingan yang ditengahi Mesir,  namun militer Israel justru melakukan operasi pembunuhan terhadap petinggi Hamas, Senin 12 November lalu.

Melihat langkah militer Israel yang menusuk dari belakang ini, Hamas tidak tinggal diam. Hamas bekerjasama dengan gerakan dan faksi pejuang Gaza menyerang pemukiman zionis dengan rudal yang kemudian berujung dengan perang selama 40 jam.

Meskipun demikian, perang berakhir dengan gencatan senjata antara Israel dan gerakan perlawanan, Selasa lalu (13/11/2018). 

Berdasarkan laporan koresponden Suara Palestina di Jalur Gaza, gencatan senjata yang ditawarkan otoritas Mesir sempat ditolak oleh pihak Israel. Situasi justru berbalik saat pejuang Gaza membombardir wilayah Israel dengan 460 misil yang tidak hanya jatuh di dekat perbatasan, tapi juga merambah ke wilayah Negev, Beer Sheba hingga wilayah Selatan dekat Luat Mati dimana jarak tempuh misil Gaza mencapai 96 KM.

Kekuatan tempur rudal Gaza yang luar biasa inilah yang menjadi alasan kuat bagi Netanyahu menerima gencatan senjata, jika tidak kota-kota Israel akan terancam rudal.

Gencatan senjata tersebut juga menimbulkan perpecahan di Pemerintahan Israel, dimana Mantan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman mengundurkan diri karena tak terima dengan keputusan tersebut.

(T.RS/S:AnadoluAgency)

leave a reply
Posting terakhir