Studi: Kekeringan tingkatkan jumlah pengungsi negara-negara Arab

Kekeringan parah yang mungkin akan semakin meluas akibat pemanasan global akan memperburuk konflik di negara-negara  Arab pada awal dekade ini.

BY 4adminEdited Thu,24 Jan 2019,12:14 PM

London, SPNA - Kekeringan parah yang mungkin akan semakin meluas akibat pemanasan global akan memperburuk konflik di negara-negara  Arab pada awal dekade ini, yang memaksa orang untuk melarikan diri, kata para peneliti pada hari Rabu (23/01/2019), Reuters mewartakan.

Studi ini menggunakan data dari aplikasi suaka di 157 negara dari 2006-2015, bersama dengan indeks yang mengukur kekeringan, serta angka-angka yang melacak kematian terkait pertempuran, untuk menilai hubungan antara perubahan iklim, konflik, dan migrasi.

Temuan ini, yang diterbitkan dalam jurnal Global Environmental Change, menunjukkan korelasi khusus antara tekanan iklim dan konflik di sebagian wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara dari 2010-2012 ketika banyak negara sedang mengalami transformasi politik selama pemberontakan Arab Spring.

Negara-negara tersebut antara lain: Tunisia, Libya, Yaman, dan Suriah, yang masih terperosok dalam perang saudara berdarah.

Para peneliti mengatakan bahwa mereka juga menetapkan hubungan iklim dengan konflik yang memicu migrasi di Afrika sub-Sahara selama tiga tahun yang sama - tetapi tidak selama periode waktu lainnya.

"Perubahan iklim tidak akan menyebabkan konflik dan arus pencarian suaka berikutnya di mana-mana," kata Jesus Crespo Cuaresma dari Institut Internasional untuk Analisis Sistem Terapan dan Universitas Ekonomi dan Bisnis Wina.

Dalam konteks tata kelola yang buruk dan demokrasi tingkat menengah, kondisi iklim yang parah dapat menciptakan konflik atas sumber daya yang langka.

Penelitian ini berpadu dengan analisis perang lainnya di Suriah, menyoroti catatan kondisi kekeringan yang mendorong keluarga petani pedesaan berpindah ke pusat-pusat kota.

Raya Muttarak, seorang dosen di Sekolah Pembangunan Internasional Universitas East Anglia, mengatakan studi ini menemukan bahwa kekeringan meningkatkan aliran pencari suaka 95 hingga 146 persen dibandingkan dengan kondisi iklim normal.

Penelitian ini dimotivasi oleh catatan masuknya migran ke Eropa, yang memuncak pada tahun 2015 dengan kedatangan lebih dari satu juta pencari suaka.

Studi ini menunjukkan tekanan migrasi dapat dikurangi dengan pengelolaan sumber daya yang langka seperti air, serta menghindari eksploitasi perbedaan etnis, kata Muttarak.

"Jika Anda berpikir konflik terjadi karena kekeringan, Anda mungkin bisa turun tangan dan tidak membiarkan konflik terjadi," tambahnya.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir