FAKSI HAMAS Gelar dialog terbuka dengan sejumlah FAKSI PALESTINA di Gaza

Sejumlah faksi Palestina di Gaza berkumpul membahas langka  untuk melawan perjanjian abad ini milik Amerika. Hamas mengaku siap duduk satu meja dengan semua pihak, termasuk Fatah.

BY 4adminEdited Sun,28 Apr 2019,03:54 PM

Gaza, SPNA - Organisasi Islam Palestina (Hamas), Sabtu (27/04/2019), mengadakan dialog terbuka dengan sejumlah faksi dan tokoh pemerintahan dengan tema “Bersatu melawan The Deal of Century.”

Kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam sambutannya mengatakan bahwa dirinya menolak mentah-mentah agenda perdamaian yang ditawarkan Amerika Serikat. Ia menegaskan tidak akan bernegosiasi dengan pihak manapun jika itu mengancam wilayah Palestina dan hak warga untuk kembali ke wilayah yang telah dicaplok Israel.

The Deal of Century, kata Haniyeh, tidak dapat dilawan kecuali dengan merapatkan baris kekuatan nasional. Hamas siap duduk satu meja dengan semua golongan, termasuk Fatah  di Tepi Barat, untuk membicarakan kepentingan bersama.

“Gaza bukanlah negara terpisah (dari tepi barat), dan negara (Palestina) tidak mungkin berdiri tanpa Gaza.” Tegas Haniyeh.

Di pihak lain, Nafid Azzam, perwakilan dari gerakan Jihad Islami Palestina, mengatakan ancaman besar yang berada di depan Palestian saat ini seharusnya dapat mempersatukan setiap elemen. Perjanjian Abad ini merupakan salah tantangan besar tersebut.

Ia meyakini bahwa perpecahan yang terjadi di tubuh Palestina tidak seharusnya terjadi. Permasalahan ini harus segera dicarikan solusi.

The Deal of Century atau perjanjian abad ini merupakan istilah yang dipakai untuk form perdamaian yang ditawatkan Amerika untuk menghentikan konflik Palestina-Israel. Isi naskah tersebut berlum ada yang mengetahuinya dan diberitakan akan segera diumumkan dalam waktu dekat.

Namun sayangnya, Amerika tidak lagi diterima sebagai mediator oleh pihak Palestina. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa kebijakan Amerika yang jelas-jelas berada di pihak Israel.

Salah satunya adalah pengakuan Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel, berikut dengan pemindahan Kedutaan Besar mereka dari Tel Aviv ke Kota Suci tersebut.

Juga pengakuan kedaulatan Israel atas salah satu wilayah milik Suriah, Dataran Tinggi Golan, satu bulan yang lalu.

(T.HN)

Abdel Hamud Akkila

leave a reply