Menlu Palestina sebut Abbas bersedia lakukan negosiasi terbuka dengan Netanyahu di Moskow

Pemerintah Palestina disebutkan akan duduk satu meja dengan Israel untuk membahas konflik yang berlaku. Pertemuan tersebut akan berlangsung di Moskow.

BY 4adminEdited Sat,18 May 2019,02:01 PM

Yerusalem, SPNA - Menteri Luar Negeri Palestina, Riyadh Al-Maliki, mengumumkan bahwa Presiden Palestina, Mahmud Abbas, sedang mempersiapkan diri untuk melakukan negosiasi langsung dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Pertemuan tersebut akan diadakan di Moskow atas undangan dari Vladimir Putin.

Selain itu, Riyadh juga mengkritik pemerintahan Amerika yang berperan terhadap putusnya komunikasi antara Palestina dan Israel. Menurut Menlu Palestina tersebut, Amerika seolah mengumumkan perang terhadap Palestina. Padahal di lain pihak, Palestina selalu komitmen untuk melaksanakan rencana perdamaian.

Riyadh juga berharap Amerika membalas tawaran pengadaan KTT antar negara untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidatonya di Institut Chatham House, London. Kemarin (Jumat, 17/05/2019).

Dalam seminar tersebut, Riyadh Al-Maliki menyampaikan bahwa Palestina menolak mentah-mentah form perdamaian yang ditawarkan Amerika. Ia mengatakan bahwa The Deal of Century berarti kembali ke masa penjajahan.

Kealpaan negara Arab terhadap permasalahan Palestina menimbulkan ketakutan tersendiri di pihak Palestina. Menurut Riyadh, meski Netanyahu melaksakan rencana pencaplokan Tepi Barat, hal tersebut tidak juga dapat mengundang kecaman dari negara internasional.

Ia berharap Uni Eropa dapat mengambil satu sikap untuk melawan Perjanjian Abad Ini. Donald Trump disebutkan seperti supir bus yang ingin terjun ke jurang.

“Perjanjian Abad Ini akan menambah penderitaan warga Palestina. Warga Palestina tidak akan pernah mau menerima kebebasan bersyarat. Yang mereka inginkan adalah kedaulatan, perdamaian dan kerukunan.” Tambah Riyadh.

The Deal of Century merupakan form perdamaian yang dibuat Amerika untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Pihak Palestina menolak menerima tawaran tersebut karena dianggap hanya akan menguntungkan Israel.

Sampai saat ini, isi dari perjanjian tersebut belum ada yang mengetahuinya. Kabarnya akan diumumkan setelah ramadhan. Tepatnya setelah Israel selesai membentuk pemerintahan baru pasca pemilu.

(T.HN/S: Samanews)

leave a reply