Ramallah, SPNA - Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, Selasa (04/05/2019), dalam sebuah pernyataannya meminta Israel untuk membatalkan rencana pembangunan hunian baru di Tepi Barat.
Ia mengatakan, “Rencana Israel untuk membangun lebih dari 800 hunian baru di Yerusalem, dan pemukulan serta pengusiran yang dilakukan terhadap warga muslim di Masjid Al-Aqsa, membuktikan sifat penjajah yang ada dalam diri mereka.”
Shtayyeh meminta dunia Islam dan internasional lainnya agar turun tangan menekan Israel untuk mengubah kebijakan itu.
Seperti dilansir situs Alkhaleej pada hari Kamis (31/05), Kementerian Perumahan Israel melelang proyek pembangunan 805 hunian baru di Yerusalem Timur. 460 di distrik Pisgat Ze'ev dan 245 di wilayah Ramot.
Kabarnya rencanan pembangunan hunian ilegal tersebut telah difinalkan sejak dua tahun lalu.
Rencana pembangunan 800 hunian ilegal Israel ditentang keras Uni Eropa. Politik yahudisasi Yerusalem akan mengganjal proses perdamaian antara kedua belah pihak.
Hal yang sama disampaikan Pemerintah Inggris. Menteri Urusan Timur Tengan Inggris, Andrew Murrison, menyebutkan bahwa pemerintahannya sangat merisaukan pengumuman Israel terkait pembangunan hunian baru di Yerusalem.
Selanjutnya, Shtayyeh mengajak dunia internasional untuk mengakui kedaulatan negara Palestina dengan batas negara seperti yang telah ditentukan pada tahun 1967. Serta mengakui Yerusalem sebagai ibu kota abadi Palestina.
(TH/S: Maannews)