PM Palestina: Kami hanya butuh kemerdekaan

KTT Ekonomi Bahrain yang dipelopori Amerika Serikat diisukan bertujuan untuk memperbaiki ekonomi Palestina. Perdana Menteri Palestina menegaskan bahwa yang dibutuhkan oleh Palestina saat ini bukanlah solusi ekonomi tapi kemerdekaan dari penjajahan Israel.

BY 4adminEdited Sat,15 Jun 2019,09:35 AM

Yerusalem, SPNA - Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, menegaskan bahwa Palestina sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari penjajahan Israel. Segala yang dibutuhkan saat ini adalah usaha untuk mengusir penjajah yang telah menggurita dari tanah Palestina.

“Mereka salah sangka jika menganggap kami sedang mencari solusi ekonomi, yang kami butuhkan adalah kemerdekaan dari penjajahan yang ada.” Kata  Shtayyeh.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah pidatonya dalam forum Organisaso Buruh Arab di Markas HAM PBB, hari Kamis (13/06/2019,  di Jenewa, Swiss.

Shtayyeh juga menyampaikan berbagai tantangan yang sedang dihadapi Palestina saat ini. Terutama rencana Amerika untuk menjalankan The Deal of Century. Sebuah rancangan perdamaian yang bisa dipastikan hanya akan menguntungkan Israel.

Sedangkan di level ke dua, tantangan besar Palestina lainnya adalah bagaimana mempersatukan faksi-faksi lokal Palestina. Ia mengatakan bahwa ini merupakan tugas utama otoritas Palestina saat ini.

Tantangan selanjutnya, sebut  Shtayyeh, terletak pada “Situasi ekonomi sulit yang sedang dilalui Palestina. Serta meninggkatnya angka pengangguran dan kemiskinan akibat blokede Israel.”

Di Pihak lain, Kepala Buruh Arab, Faiz Al-Mathiriy mengatakan, “Kita di sini hari ini untuk mendukung rakyat Palestina dan menolak berbagai usaha yahudisasi yang sedang berlangsung di Yerusalem.

(T.HN/S: Alhadath)

leave a reply
Posting terakhir

Saudi: Kami Tidak Butuh Senjata Jerman

Menteri Luar Negeri Saudi menegaskan, negaranya telah membeli senjata dari negara lain, mencatat dalam konteks ini bahwa embargo Jerman tidak membuat perbedaan terhadap Kerajaan, sembari berkata, "Kami tidak membutuhkan senjata Jerman untuk menghidupkan tentara kami."