Shukri Bishara: Palestina butuh perdamaian, bukan Konferensi Manama

Konverensi Manama disebut-sebut mengemban visi ekonomi yang merupakan bagian dari rencana yang lebih luas untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

BY 4adminEdited Mon,24 Jun 2019,11:39 AM

Kairo, SPNA - Dalam sebuah pernyataan, Minggu (23/06/2019), Menteri Keuangan Palestina Shukri Bishara menegaskan bahwa Palestina tidak membutuhkan pertemuan di Bahrain (Konferensi Manama) yang digagasan oleh Amerika Serikat. Namun, seperti dikutip Reuters, yang dibutuhkan oleh Palestina adalah perdamaian.

Konferensi yang direncanakan berlangsung pada 25-26 Juni di ibukota Bahrain, Manama tersebut akan membahas usulan yang dipimpin AS, yang akan dipresentasikan oleh menantu Presiden Donald Trump Jared Kushner, sebuah visi ekonomi yang merupakan bagian dari rencana yang lebih luas untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.

Investasi global senilai $ 50 miliar diharapkan tercapai dalam konferensi, yang diklaim AS akan mengangkat perekonomian Palestina tersebut.

Di saat banyak negara-negara Arab memutuskan akan menghadiri pertemuan itu, rencana tersebut telah menuai banyak kritikan, yang menyebut bahwa langkah ini adalah upaya untuk menghindari tuntutan Palestina untuk menjadi negara merdeka di tanah yang direbut dalam perang 1967.

"Kami tidak membutuhkan pertemuan Bahrain untuk membangun negara kami, kami membutuhkan perdamaian, dan urutan (rencana) - kebangkitan ekonomi yang diikuti oleh perdamaian adalah tidak realistis dan ilusi," kata Bishara di sela-sela pertemuan menteri keuangan negara-negara Arab di Kairo.

"Pertama-tama, kembalikan tanah dan kebebasan kami," tegasnya.

Sementara itu, garis besar rencana perdamaian Kushner masih menjadi rahasia. Beberapa pejabat menyebutkan bahwa rencana tersebut telah mengabaikan "solusi dua negara," di mana berdiri negara Palestina merdeka bersama Israel di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza.

Kushner mengatakan kepada Reuters bahwa rencana itu, yang sebelumnya dijuluki "The Deal of the Century (kesepakatan abad ini)," bisa menjadi "peluang abad ini" bagi Palestina.

Dalam pidatonya pada pertemuan hari Minggu di markas Liga Arab, Bishara mengutip "pengalaman pahit" warga Palestina sejak Kesepakatan Oslo 1993, termasuk keputusan AS untuk memotong bantuan kepada Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk para pengungsi Palestina.

"Kami berhati-hati dan skeptis terhadap apa yang disebut kesepakatan abad ini - atau apa yang disebut beberapa hari yang lalu, peluang abad ini," kata Bishara.

Pertemuan menteri keuangan negara-negara Arab pada hari Minggu menyerukan diskusi terkait defisit anggaran Palestina, di mana Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit, menyebutkan angka $ 700 juta untuk tahun berjalan.

Negara-negara Arab diharapkan setuju untuk mengaktifkan jaring pengaman finansial sebesar $ 100 juta sebulan yang disepakati pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir