Kuwait, SPNA - Marzouq Al-Ghanim menyerukan bangsa Arab, negara muslim dan dunia internasional untuk mengambil tindakan serius menekan Israel, pasca serangan warga Palestina yang sedang melaksanakan sholat Idul Adha, Minggu pagi.
Ketua Parlemen Kuwait tersebut, Senin (12/08/2019) mengatakan: “Serangan brutal yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Zionis terhadap umat Islam di Masjid Al-Aqsa membuktikan bahwa rencana perdamaian dengan Israel adalah palsu. Israel hanya mengenal penindasan dan tindak kekerasan terhadap umat Islam. “
“Meninggalkan bangsa Palestina menghadapi Israel sendirian tanpa bantuan dan dukungan adalah tindakan memalukan, ‘’ ujarnya dalam konferensi pers.
“Menghadapi perampok ini adalah bagian dari takdir dan Iman kita kepada Tuhan. Jika memang tak mampu dengan militer maka kita dapat menghadapi Israel dengan politik, budaya dan HAM, ‘’ tegasnya.
Lebaran Idul Adha tahun ini menjadi hari raya mencekam di Masjid Al-Aqsa setelah ribuan Yahudi ekstremis mendobrak masuk dan menyerang umat Islam yang sedang menunaikan sholat eid.
Portal Youm7, Senin (12/08/2019) menyebutkan bahwa jumlah Yahudi ekstremis yang menyerang Masjid Al-Aqsa mencapai 1340 orang. Mereka dikawal ketat oleh pasukan pertahanan Israel (IDF) yang bersenjata lengkap.
Kota suci Yerusalem mulai diduduki Israel pada saat perang tahun 1967. Lalu pada 1980 Israel mengambil alih seluruh wilayah Al-Quds timur dan barat, kemudian mengklaimnya sebagai ibu kota negara Yahudi abadi dan tak terbagi, dimana langkah ini ditentang dunia internasional
Lalu, pada 6 Desember 2017 Presiden AS, Donald Trump mendeklarasikan bahwa Al-Quds adalah ibukota Israel. Gedung Putih kemudian merelokasi Kedubesnya ke kota suci tersebut pertengahan Mei 2018.
Langkah AS yang terang-terangan mendukung Israel ini, memberikan lampu hijau bagi Tel Aviv untuk merebut kota suci Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa serta menggusur warga Palestina.
Sejak saat itu hubungan Palestina dan AS tegang. Ramallah memilih angkat kaki dari dari Deal of Century, sebuah perjanjian damai Israel – Palestina yang dirumuskan AS. Palestina menilai AS tidak lagi cocok menjadi mediator negosiasi damai karena keberpihakannya terhadap Israel.
(T.RS/S:RtArabic)