Warga Palestina di Desa Tepi Barat Terancam Penggusuran

Warga Palestina di lokasi tersebut hidup dibawah tekanan pemerintah Israel, terancam digusur dan ditetapkan sebagai sebagai “Wilayah Bebas Peluru.”

BY 4adminEdited Wed,18 Sep 2019,02:05 PM

Jalur Gaza

Jalur Gaza, SPNA – Pemerintah Israel berupaya mengusir penduduk Palestina di desa yang terletak di Area C, Tepi Barat.

Society of St. Yves dalam konferensi pers mengatakan bahwa pemerintah Israel memutuskan saluran air di desa Masafer Yatta dan desa Al - Tuwani, yang terletak di selatan kota Yatta, Tepi Barat, seperti diwartakan Pusat Informasi Palestina, Selasa (17/09/2019).

Lembaga HAM Katolik yang berbasis di Al-Quds tersebut menjelaskan bahwa penduduk di wilayah itu menggantungkan diri dengan beternak serta bertani gandum.

Masafer Yatta dan Al-Tawani memiliki luas wilayah sebesar 37 ribu hektar  dimana sebanyak 3000 warga Palestina tinggal di sana. Keduanya masuk ke Area C yang tunduk secara administrasi dan militer terhadap Israel. Hal ini membuat pemerintah Israel dapat dengan bebas melakukan tindakan semena-mena terhadap  mereka.

Menurut keterangan Society of St. Yves warga Palestina di lokasi tersebut hidup dibawah tekanan pemerintah Israel. Kebebasan mereka dibatasi, mereka bahkan  terancam digusur. Israel juga menyebut lokasi tersebut sebagai “Wilayah Bebas Peluru.”

Netanyahu, Minggu lalu mengumbar janji akan mencaplok seluruh permukiman Israel di Tepi Barat dan Lembah Yordania. 

Berdasarkan kesepakatan Oslo yang ditandatangani antara Pemerintah Palestina dan Israel tahun 1995, wilayah Tepi Barat dibagi menjadi 3 area yaitu A, B dan C.

Area A mencakup 18% wilayah Tepi Barat dan dikuasai oleh otoritas Palestina baik secara militer maupun birokrasi.  Sementara area B  mencakup 21% wilayah Tepi Barat tunduk terhadap pemerintah Palestina secara birokrasi namun secara militer tunduk terhadap Israel.

Sedangkan area C  mencakup 61% wilayah Tepi Barat, tunduk terhadap Israel baik militer maupun birokrasi. Setiap rencana atau proyek di area C harus mendapatkan persetujuan Israel.

Rencana pencaplokan Tepi Barat oleh Nentanyahu mendapatkan respon negatif baik dari Palestina maupun dunia internasional.

Presiden Abbas sendiri mengancam akan membatalkan seluruh perjanjian yang telah ditandatangani antara Palestina dan Israel jika Netanyahu benar-benar melakukan rencana buruknya. 

Kecaman yang sama dinyatakan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan Uni Eropa yang tegas  menolak rencana Netanyahu untuk mencaplok Tepi Barat atau  merubah  perbatasan Palestina tahun 1967.

(T.RS/S:Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir