Opini: Dalam Cengkraman Israel, Masa Depan Ekonomi Palestina Suram

Oleh: Yassin Izuddin

BY 4adminEdited Wed,25 Sep 2019,02:56 PM

Pemerintah Palestina (PA) yang berulang-ulang bahwa mereka berniat memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel, namun sayangnya, PA belum mengambil tindakan berarti untuk membebaskan perekonomian Palestina dari jerat Israel.

Terlepas dari deklarasi Pemerintah Palestina (PA) yang berulang-ulang untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel namun sayangnya PA selama ini belum mengambil tindakan berarti.

Justru selama ini Israel berhasil menjerat perekenomian Palestina dan mustahil dapat lepas sekaligus.

Israel berhasil merekonstruksi perekonomian Palestina agar menjadi lebih bergantung kepada mereka.

Buruh Palestina saat terus didorong  untuk melakukan pekerjaan kasar di permukiman Yahudi seperti konstruksi, cleaning service, teknisi, tukang ledeng atau listrik.

Listrik di Palestina yang dulu  dihasilkan melalui pembangkit listrik di kota-kota di Tepi Barat dan Gaza, pada tahun 1970-an dipaksa tutup oleh Israel. Mereka lalu mengalihkan pasokan listrik Palestina dari Perusahaan Listrik Israel Qatar.

Pentingnya kontrol ekonomi terhadap Palestina, membuat Israel menolak membahas pasokan air dan listrik Palestina dari Israel dalam perjanjian Oslo.

Di sisi lain, kita tidak menemukan kesadaran di tubuh pemerintahan dan rakyat Palestina terkait bahaya ketergantungan hubungan ekonomi dengan Israel.

Sebagian warga Palestina bahkan membenarkan bekerja di permukiman Israel, proyek normalisasi ekonomi dan membeli barang-barang Israel.

Bagaimana Palestina dapat melawan pendudukan Israel jika  ekonomi Palestina berada dibawah kontrol mereka.

Intifada pertama dan Intifada Al-Aqsa mengakibatkan  hubungan antara rakyat Palestina dan Israel merenggang.

Hal ini juga mendorong berkurangnya jumlah pekerja Palestina di  permukiman Israel yang pernah mencapai angka 100.000 pada tahun 1987.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir  pemerintah Israel gencar mendorong buruh Palestina untuk kembali bekerja di permukiman mereka dengan syarat tidak terlibat dalam kelompok perlawanan.

Jumlah izin kerja meningkat dari sekitar 60.000 hingga 100.000. Selain itu Israel juga menambah izin bagi pedagang dan pengusaha Palestina agar melebarkan sayapnya di wilayah yang diduduki Israel.

Dengan kata lain, alih-alih berupaya membangun perekonomian mandiri dan tidak bergantung dengan Israel, Palestina justru menjadi lebih bergantung dengan mereka.

Sebagian rakyat Palestina sadar bahwa bekerja di permukiman Israel adalah kesalahan fatal yang pernah terjadi  tahun 70-an, namun sebagian lainnya memandang ini adalah hal biasa meskipun gaji yang diterima buruh Palestina sangat sedikit.

Rakyat Palestina  harus kembali membangun penghalang psikologis antara Palestina dan Israel serta mencegah kerjasama di bidang ekonomi yang  lebih jauh.

Selain itu Palestina juga dituntut untuk memboikot barang-barang Zionis agar bebas dari cengkraman dan penjajahan ekonomi.

Ada banyak solusi membebaskan ekonomi Palestina dari Israel, seperti mendorong pertanian dan produksi lokal, menggunakan energi matahari serta hanya bergantung dengan  dengan produk-produk Palestina dan lain sebagainya.

(T.RS/S:Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Kesepakatan Pertukaran Tawanan dengan Israel Paling Menonjol Masa ke Masa

Menurut (WAFA), pertukaran itu melibatkan Mesir, Yordania, Suriah dan Lebanon. Setiap negara melakukan transaksi secara terpisah, yang terakhir dengan Suriah pada bulan Juni di tahun yang sama. Dalam kesepakatan itu: Ada 156 tentara Israel di tangan Mesir, 673 tentara di tangan Yordania, 4 tentara di Suriah, dan 8 di Lebanon, sementara Israel menahan 1.098 tentara Mesir, 28 Saudi, 25 Sudan, 24 Yaman, 17 Yordania, 36 Lebanon, 57 Suriah, dan 5.021 Palestina.