Raja Abdullah II: Pendudukan Berkelanjutan di Palestina adalah Tragedi Moral

Dalam pidatonya di sesi ke-74 Majelis Umum PBB juga menegaskan "tidak ada yang dapat mengambil hak-hak internasional rakyat Palestina untuk kesetaraan, keadilan dan penentuan nasib sendiri."

BY 4adminEdited Fri,27 Sep 2019,12:40 PM

New York

News York, SPNA - Raja Abdullah II dari Yordania menyebut pendudukan berkelanjutan atas Palestina dan perluasan permukiman Israel sebagai sebuah tragedi moral. Ia mengatakan bahwa adalah tugasnya untuk melindungi Yerusalem dari penindasan agama dan politik.

Dalam pidatonya di sesi ke-74 Majelis Umum PBB awal pekan ini, Raja Abdullah menyoroti konflik Palestina-Israel yang sedang berlangsung dan pendudukan wilayah Palestina oleh Israel.

"Tidak ada krisis yang lebih banyak menimbulkan kerusakan global daripada konflik inti di wilayah saya, konflik Palestina-Israel," tuturnya.

Abdullah juga mengkritik kontradiksi konflik untuk berbagi nilai-nilai agama. Ia mengatakan, "adalah ironi yang mengerikan bahwa tanah yang dianggap suci oleh tiga agama...harus menjadi pusat konflik ... pemindahan paksa , kekerasan, dan ketidakpercayaan."

"Ini adalah tragedi moral global bahwa pendudukan terus berlanjut," tegasnya, tetapi menekankan bahwa "tidak ada yang dapat mengambil hak-hak internasional rakyat Palestina untuk kesetaraan, keadilan dan penentuan nasib sendiri."

"Bagian penting dari solusi," kata Abdullah, "dimulai dengan menghormati situs-situs suci dan menolak semua upaya untuk mengubah status hukum Yerusalem Timur dan karakter historis otentik dari Kota Suci, Yerusalem. Apa yang akan kita ajarkan kepada generasi muda, ketika personel bersenjata memasuki Masjid Al-Aqsa / Al-Haram Al-Sharif, bahkan ketika umat Muslim berkumpul untuk sholat?”

“Kita semua memiliki kepentingan dan kewajiban moral untuk menegakkan kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Jadi mari kita jaga Kota Suci untuk semua umat manusia, sebagai kota perdamaian yang mempersatukan."

"Satu-satunya solusi sejati" untuk konflik, lanjutnya, adalah solusi dua-negara, karena alternatifnya adalah "satu negara," yang melahirkan keterpisahan, dengan hukum yang tidak setara, bergantung pada kekuatan, mengkhianati nilai-nilai terdalam dari orang-orang baik di kedua belah pihak," yang akan melanggengkan "konflik abadi, bukan jalan menuju stabilitas, keamanan dan perdamaian."

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir