Jalur Gaza SPNA – Senin lalu (30/09/2019) adalah peringatan 19 tahun tragedi pembunuhan yang dilakukan tentara Israel terhadap Mohammad Al-Durra bocah Palestina yang meninggal di pelukan ayahnya setelah ditembak pasukan Israel di Jalur Gaza, dua hari setelah pecahnya intifada kedua pada tahun 2000.
Mohammed al-Durra lahir pada 22 November 1988 di kamp pengungsi al-Bureij di Gaza. Dia gugur dalam demonstrasi “Initifada” yang meletus di Palestina.
Video detik-detik penembakan terhadap Muhammad al-Durra direkam oleh fotografer France 2 Talal Abu Rahma dan sempat mengguncang dunia. Dalam rekaman tersebut terlihat Al-Durra dan ayahnya berlindung di balik sebuah drum ditengah-tengah baku tembak antara pasukan IDF dan pasukan keamanan Palestina.
Muhammad Al-Durra saat itu menangis ketakutan sementara sang ayah berusaha menenangkannya. Beberapa saat setelah itu Muhammad gugur ditembak pasukan Israel sementara sang ayah luka-luka.
Pembunuhan terhadap Al-Durra yang terekam dan disebarkan ke seluruh dunia menjadi bukti kekejaman pasukan Israel. Sayangnya, Israel berupaya mengelak dan menuding bahwa Al-Durra dibunuh pasukan Palestina.
Mayor Jenderal Giola Eiland, yang memimpin operasi penyerangan tersebut mengatakan kepada BBC pada 3 Oktober 2000 bahwa tembakan tersebut tampaknya berasal dari tentara Israel.
Muhammad Al-Durra bukan satu-satunya yang menjadi korban keganasan pasukan Israel. 94 anak-anak lain juga dilaporkan gugur pada tahun yang sama, seperti dilansir Gerakan Perlindungan Anak Internasional.
Sementara itu jumlah anak-anak dan remaja dibawah umur yang gugur pada 2002 dilaporkan mencapai 192 orang, 130 gugur pada tahun 2003, 162 pada 2004. Dari tahun 2000 sampai bulan September 2019, tercatat anak-anak yang gugur mencapai 2.103 jiwa.
Meskipun dikecam dunia internasional tak membuat pasukan Israel berhenti melakukan pembunuhan terhadap anak-anak sampai saat ini.
(T.RS/S:Youm7)