Industri Farmasi Gaza Beroperasi Hanya dengan Kapasitas 20%

Blokade berkepanjangan Israel menyebabkan industri yang didirikan oleh Middle East Pharmaceutical and Cosmetics Laboratories Ltd - satu-satunya indutri farmasi di Gaza-  mengalami penurunan kapasitas produksi.

BY Edited Wed,02 Oct 2019,02:03 PM

Gaza, SPNA - Satu-satunya industri farmasi di Jalur Gaza yang diduduki Israel terus berjuang dan beroperasi hanya dengan kapasitas 20 persen, Xinhua melaporkan.

Didirikan pada tahun 1994 oleh Middle East Pharmaceutical and Cosmetics Laboratories Ltd, industri ini mulai beroperasi pada tahun 1999. "Situasi ekonomi yang memburuk lantaran blokade 12 tahun Israel,” menyebabkan industri ini sangat terpukul.

Menurut pemimpin perusahaan Marwan Al-Astal, produk dijual "dengan margin laba rendah untuk membantu meringankan kondisi ekonomi yang mengerikan yang dihadapi oleh warga Gaza." Ia menambahkan bahwa "blokade Israel dan krisis ekonomi yang ditimbulkannya dapat menghentikan usaha kami."

Al-Astal mengatakan kepada Xinhua bahwa salah satu faktor utama yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan kapasitas produksi pabrik adalah berulangnya serangan militer Israel ke dalam pabrik. Ia menambahkan bahwa pabrik tersebut pernah disita oleh tentara Israel selama lebih dari tiga bulan berturut-turut. ”Serangan udara Israel juga secara berkala menyebabkan kerusakan pada pabrik," tuturnya.

Namun, tetap yang menjadi kendala terbesar adalah blokade. "Sejak blokade diberlakukan pada 2007, pihak berwenang Israel mencegah masuknya banyak bahan baku yang diperlukan untuk industri farmasi. Hal ini mengurangi tingkat produksi, kadang-kadang menjadi 80 persen," kata Al-Astal.

Sekretaris Federasi Industri Konstruksi, Mohammed Al-Assar, mengatakan kepada Xinhua bahwa pembatasan Israel telah menyebabkan kerugian yang signifikan di sektor industri swasta pada umumnya dan sektor konstruksi pada khususnya.

Ia menambahkan, "Israel terus melarang masuknya sekitar 400 item bahan mentah dan barang ke Gaza. Israel juga menghalangi rekonstruksi apa yang dihancurkan selama perang 2014," lapor Xinhua.

Manajer pabrik Sami Al-Taaban mengatakan bahwa pabrik menggunakan 20 persen dari kapasitas produksinya.

“Namun, kami berhasil menemukan alternatif untuk mempertahankan laba minimum serta mempertahankan pekerja kami. Alternatifnya adalah memproduksi varietas lain dari obat-obatan dan kosmetik untuk memastikan kesinambungan pekerjaan,” tutur Al-Taaban kepada Xinhua.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir