Musim Panen Zaitun, “Hari Raya” yang Ditunggu Rakyat Palestina Setiap Tahun 

Bagi rakyat Palestina, pohon zaitun telah menjadi simbol kebaikan yang telah diwariskan turun-temurun oleh rakyat Palestina. Jika kurma, disebut “Pohon Arab” maka Zaitun adalah pohon Palestina yang sudah menjadi identitas mereka. Zaitun adalah simbol ketahanan, keteguhan dan kelangsungan hidup.

BY Edited Wed,16 Oct 2019,12:44 PM

Jalur Gaza, SPNA – Setiap tahunnya rakyat Palestina merayakan panen zaitun. Bagi mereka musim panen zaitun seperti layaknya hari raya, yang memberikan keberkahan dan kebahagiaan, khususnya karena buah zaitun telah disebutkan di dalam Al-Quran.

Bagi rakyat Palestina, pohon zaitun telah menjadi simbol kebaikan yang telah diwariskan turun temurun oleh rakyat Palestina.

Jika kurma, disebut “Pohon Arab” namun Zaitun adalah pohon Palestina yang sudah menjadi identitas mereka. Zaitun adalah simbol ketahanan, keteguhan dan kelangsungan hidup.

Di Palestina juga ditemukan pohon zaitun raksasa, induk dari seluruh pohon zaitun, dengan diameter lantai sekitar 25 m2. Ditemukan oleh para ilmuwan Jepang di antara Beit Jaala dan desa Battir dan dinobatkan sebagai pohon Zaitun tertua di dunia yang usianya lebih dari 5550 tahun.

Bagi petani Palestina di Jalur Gaza, menanam buah zaitun bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan pangan, namun karena zaitun adalah buah yang penuh berkah.

Salah satu dari mereka adalah, Hisyam al-Nabahin, yang telah menjadi petani zaitun  selama bertahun-tahun.

Menurutnya Palestina sejak lama telah dikenal sebagai negara penghasil buah dan minyak zaitun dengan kualitas terbaik di dunia.

“Rakyat Palestina sangat menunggu tradisi musim panen zaitun setiap tahun. Saat panen zaitun tiba, para petani beserta seluruh anggota keluarga, bahkan sampai anak-anak ikut serta memanen zaitun. Para lelaki memetik buah zaitun, dibantu oleh anak-anak mereka, sementara wanita membersihkan zaitun dari daun serta menyiapkan makanan.”

Pemanen zaitun juga dihibur dengan musik klasik Palestina. Hal ini membuat suasana semakin riang dan indah.

Bagi Hisyam, menanam zaitun memberikan manfaat dan keberkahan, dimana Allah SWT telah bersumpah atas nama zaitun dalam Al-Quran.

 “Dan demi buah tin dan buah zaitun, dan demi bukit Tursnia, serta demi negeri yang aman ini (Mekkah).” (QS:At-tin: 1-3)

Berbagai jenis zaitun ditanam di Palestina, dimana masing-masing dari jebis itu memiliki harga dan jenis tersendiri.

Hisyam menjelaskan bahwa musim zaitun Palestina dimulai dari awal Oktober hingga bulan Desember. Selama tiga bulan para petani memanen tanaman mereka. Sebagian hasil panen ada yang diolah menjadi makanan atau dijual ke pasar. Setidaknya dalam waktu sehari mereka dapat memanen sekitar 1 ton lebih buah zaitun untuk kemudian diolah.

“Meskipun panen zaitun tahun ini lebih baik dibanding musim sebelumnya, namun keuntungan yang didapatkan tidak terlalu tinggi,” tutupnya. 

Situasi Gaza yang diblokade Israel sejak lebih dari satu dekade silam, mempengaruhi perekonomian rakyat Gaza. Hal ini membuat para petani khawatir jika minat warga untuk membeli zaitun berkurang.

Selain untuk menanam zaitun, para petani harus mengucurkan dana besar demi membeli pestisida dan pupuk. Di samping mereka menghadapi masalah listrik yang mempengaruhi suplai air terhadap pohon.

Para petani juga menghadapi masalah impor zaitun dari luar Jalur Gaza, yang akan berdampak negatif  terhadap produksi zaitun lokal. Padahal zaitun Gaza lebih bekualitas daripada zaitun impor.

 

Untuk 3 Kg zaitun hijau dihargai sekitar 5 Dolar, sedangkan zaitun hitam 6 Dolar. Harga tersebut sesuai tuntutan pasar dan jumlah yang tersedia.

Sementara itu, Kementerian Pertanian Palestina di Jalur Gaza, melaporkan bahwa produksi buah zaitun tahun ini diperkirakan akan mencapai 30 ribu ton.

Juru bicara Kementerian Pertanian, Adham al-Bassiouni menjelaskan bahwa luas area lahan zaitun mencapai 3900  hektar.

Hal ini disampakan Al-Bassiouni dalam acara musim panen zaitun di perbatasan timur Jalur Gaza, Senin (14/10/2019).

Menurut keterangannya, total produksi zaitun mencapai 24 ribu ton dan akan diolah menjadi minyak hingga mencapai 4 ribu ton minyak. Sementara 6 ribu ton zaitun lainnya akan diolah menjadi makanan. 

Produksi zaitun Gaza tahun ini lebih baik jika dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya.  Menurut data yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian di Gaza, produksi zaitun tahun lalu (2018) hanya mencapai 18 ribu ton. Jumlah tersebut meningkat hampir setengahnya di tahun 2019 yaitu mencapai 30 ribu ton.

Menurut Departemen Pertanian, diharapkan produksi zaitun Gaza tahun ini akan mampu menyuplai 90% dari kebutuhan pasar lokal.

Jalur Gaza adalah wilayah yang terisoliasi akibat blokade yang telah berlangsung selama lebih dari 11 tahun.  Di masa itu, Gaza hancur lebur akibat tiga perang besar tahun 2009, 2012 serta 2014 yang melumpuhkan seluruh sektor kehidupan di Gaza.

 

Situasi ini diperparah setelah Pemerintah AS pada bulan lalu menghentikan donasinya terhadap Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) yang merupakan tulang punggung sebagian besar rakyat Gaza.

Awal 2018 lalu, Sekjen PBB, Antonio Guterres bahkan telah menegaskan bahwa Gaza yang memiliki populasi dua juta jiwa tersebut akan menjadi wilayah "tak layak huni" pada tahun 2020.

Sementara itu Profesor Hubungan Internasional Universitas Oxford, Avi Shlaim mengatakan bahwa Israel telah mengubah Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia. 

(T.RS/SPNA/Nuruddin El-Harazin)

 

leave a reply
Posting terakhir

Jalur Gaza Resmikan Pembukaan Musim Panen Zaitun

Wakil Menteri Pertanian, Ayman Al-Yazuri, memperkirakan bahwa area budidaya zaitun baik yang sudah berbuah dan belum berbuah di berbagai provinsi Jalur Gaza memiliki luas 40.650 dunum atau 4.056 hektare, yang diharapkan dapat menghasilkan sebanyak 9.855 ton buah zaitun, termasuk setara dengan 6000 ton untuk pengawetan dan 24.000 ton untuk pengepresan atau perasan.