Tentara Israel Minta Pemerintah Batalkan Pesanan Kapal Selam Keenam dari Jerman

Israel menandatangani kontrak untuk membeli enam kapal selam yang mampu membawa rudal nuklir dari sebuah perusahaan Jerman. Israel telah memiliki tiga kapal selam sebelum perjanjian ini.

BY Edited Tue,29 Oct 2019,12:21 PM

Tel Aviv, SPNA - Tentara Israel mungkin akan meminta pemerintah yang akan datang untuk membatalkan pesanan kapal selam keenam yang sedang dibuat oleh sebuah perusahaan Jerman, media setempat melaporkan Minggu (27/10/2019).

Menurut Arab48, Israel menandatangani kontrak untuk membeli enam kapal selam yang mampu membawa rudal nuklir dari sebuah perusahaan Jerman. Israel telah memiliki tiga kapal selam sebelum perjanjian ini.

Mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang diselidiki dalam kasus korupsi terkait pembelian tiga kapal selam itu.

Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kepala Staf Israel Aviv Kochavi telah memutuskan untuk menyerahkan kapal selam keenam sebagai bagian dari rencana strategis terbarunya untuk perang di masa depan.

Alih-alih membeli kapal selam keenam, Kochavi menyarankan untuk memperkuat pertahanan udara dan darat dengan memasok tentara Israel dengan amunisi yang tepat.

Mantan kepala staf mengatakan, menurut Yedioth Ahronoth, bahwa lima kapal selam sudah cukup untuk pasukan Israel. Namun, Netanyahu memutuskan untuk membeli yang keenam dan berusaha membeli tiga yang lain, dengan dalih kapal-kapal tersebut akan mengganti yang lama.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir
Jerman- Israel tandatangani MoU pembelian kapal selam

Jerman- Israel tandatangani MoU pembelian kapal selam

Jerman menyetujui sebuah Nota Kesepahaman (MoU) rahasia dengan Israel, Kamis malam (20/10/2017), mengenai pembelian tiga kapal selam Dolphin, setelah sebelumnya Isreal telah memperoleh enam kapal selam dengan jenis yang sama, Yedioth Ahronoth melaporkan.

7.jpg

Jerman tunda kesepakatan kapal selam dengan Israel

Berlin, SPNA – Jerman menunda penandatanganan kesepakan kapal selam dengan Israel, Selasa (18/07/2017), setelah sebuah penyelidikan yang terkait dengan kasus korupsi yang dikenal dengan “Kasus 3000,” seperti dilansir media Israel, Yediot Ahronot.