Mengenal Baha Abu Al-Atha, pemimpin Jihad Islami yang dibunuh Israel

Pembunuhan Israel terhadap salah satu pemimpin Jihad Islami merupakan alasan dari perang yang berlansung di Gaza sejak hari Selasa. Baha Abu Al-Atha bagi Israel merupakan bom waktu yang dapat meledak kapan saja. 

BY Edited Thu,14 Nov 2019,11:40 AM

Gaza, SPNA - Jual beli serangan terakhir antara Pejuang Palestina dan militer Zionis berawal dari pengkhianatan Israel yang merudal rumah salah satu pemimpin Jihad Islami di Gaza, Baha Abu Al-Atha, Selasa pagi (12/11/2019). Padahal Israel masih terikat dengan Pejuang Palestina Gaza dalam sebuah perjanjian damai yang dimediatori Mesir.

Pasca kejadian, Pejuang Palestina langsung membalasnya dengan menembakkan ratusan rudal ke arah permukiman Yahudi Israel.

Baha Abu Al-Atha (42 tahun) adalah salah satu panglima Quds Brigades (sayap militer Jihad Islami) yang bertugas di wilayah utara Gaza.

Baha mulai dikenal dalam beberapa bulan terkahir saat Israel mengumumkan rencana untuk membunuhnya. Ia oleh pihak Israel disebutkan sebagai otak yang bertanggung jawab terhadap sejumlah serangan pejuang Gaza ke permukiman ilegal Yahudi.

Ia lahir pada tanggal 25 November 1977 di distrik Syajaiya, sebelah timur Kota Gaza. Ayah lima anak tersebut menjalani pedidikan dasar sebagaimana anak-anak Palestina lainnya. Memasuki jenjang kuliah ia megambil jurusan ilmu sosial di salah satu universitas di Palestina.

Sejak pertama kali bergabung dengan pasukan Jihad Islami pada tahun 1990, Ia menjalani karirnya dengan bagus hingga akhirnya diangkat menjadi Komandan wilayah utara.

Baha juga merupakan salah satu Dewan Militer Jihad Islami yang berpengaruh. Ia ikut terlibat dalam beberapa serangan ke Israel.

Israel menyebutnya sebagai ‘inti dari permasalahan yang tidak dapat dibendung oleh siapapun’. Langkah dan pergerakannya juga sulit diprediksikan.

Pasca serangan rudal Israel yang menewaskannya hari Selasa dua hari lalu, Israel mengumumkan bahwa Baha merupakan otak dari sejumlah serangan pejuang Gaza ke permukiman Israel dalam beberapa bula terakhir.

Surat kabar Israel, The Jerusalem Post, beberapa hari lalu mengeluarkan sebuah laporan yang menyebutkan Baha sebagai salah satu tokoh paling berbahaya untuk Israel. Dua tokoh lainnya yang disandingkan dengannya dalam laporan tersebut adalah Hassan Narullah (Sekjen Hizbullah Lebanon) dan Qasem Soleimani (Mayor Jenderal Tentara Pengawal Revolusi Iran).

Ia juga termasuk salah satu tokoh yang masuk dalam daftar terorisme Amerika Serikat.

Israel mengklaim bahwa serangan roket ke permukiman Sderot pada 25 Agustus lalu di rencanakan oleh Baha. Saat itu Benjamin Netanyahu yang sedang menyampaikan kampanyenya terpaksa lari meninggalkan panggung.

Sebelum meninggal, Israel sudah beberapa kali berusaha membunuhnya namun berhasil menyelamatkan diri. Ia sempat luka-luka pada tahun 2012 dan kembali selamat dalam agresi militer Israel ke Gaza tahun 2014.

Namun demikian, alasan di balik pembunuhan pemimpin Jihad Islami ini tidak sepenuhnya benar. Beberapa tokoh politik di pemerintahan Israel sendiri mengatakan bahwa serangan Israel ke Gaza pada hari Selasa lalu sarat akan unsur politik.

Netanyahu dikabarkan berusaha menyelamatkan karirnya setelah gagal dua kali dalam membentuk koalisi pemerintahan Israel. Ia juga sedang berurusan dengan pihak pengadilan akibat kasus korupsi yang membelenggunya.

Meski Jihad Islami sempat mengatakan akan melakukan balasan ‘tanpa batas’, namun Mesir dan PBB berhasil membujuk mereka untuk kembali menandatangani perjanjian damai dengan Israel, tadi pagi (Kamis, 14/11/2019).

(T.HN/S: )

leave a reply
Posting terakhir