25,000 Warga Suriah Mengungsi Pasca Serangan Rusia Pekan Lalu

Turki dan Rusia sepakat pada September 2018 untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi, namun pelanggaran yang konsisten oleh rezim Suriah dan sekutunya menewaskan telah lebih dari 1.300 warga sipil sejak tanggal perjanjian.

BY Edited Sun,08 Dec 2019,01:27 PM

Idlib, SPNA - Sekitar 25.000 warga sipil di Suriah barat laut harus mengungsi pasca serangan rezim dan Rusia di zona eskalasi Idlib pekan lalu, Anadolu Agency mengutip sebuah LSM Suriah, Sabtu (07/12/2019).

Mohammad Halaj, direktur Kelompok Koordinasi Respons Suriah, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa ribuan warga sipil terlantar pada minggu pertama Desember karena serangan oleh pasukan rezim Bashar al-Assad, kelompok-kelompok teror yang didukung Iran dan Rusia.

Halaj menggarisbawahi bahwa krisis kemanusiaan di Idlib semakin memburuk, dan menambahkan, “Sekitar 425.000 warga sipil tinggal di distrik Maarat al-Nouman, Saraqib dan Ariha dan daerah pedesaan. Jika serangan menargetkan tempat-tempat ini dengan kekerasan yang sama, jumlah pengungsi akan meningkat lebih banyak.

"Dia menambahkan bahwa pasukan rezim dan Rusia juga menargetkan rumah sakit, sekolah, masjid, pusat pertahanan sipil dan rumah-rumah untuk mencegah kembalinya rakyat.

Sebagian besar orang terlantar berlindung di tempat-tempat yang berdekatan dengan Reyhanli, provinsi perbatasan selatan Turki Hatay, serta daerah-daerah yang dibebaskan dari teroris selama serangan anti-teror Turki, Operation Euphrates Shield dan Operation Olive Branch.

Turki dan Rusia sepakat pada September 2018 untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.

Namun, pelanggaran yang konsisten oleh rezim Suriah dan sekutunya menewaskan telah lebih dari 1.300 warga sipil sejak tanggal perjanjian.

Zona de-eskalasi saat ini menjadi rumah bagi sekitar empat juta warga sipil, termasuk ratusan ribu pengungsi dalam beberapa tahun terakhir oleh pasukan rezim dari seluruh negara yang lelah perang.

Suriah telah mengalami perang saudara yang ganas sejak awal 2011, ketika rezim menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga.

Sejak itu, ratusan ribu orang telah terbunuh dan lebih dari 10 juta lainnya mengungsi, menurut pejabat PBB.

(T.RA/S: MEMO)

leave a reply
Posting terakhir