Juru runding utama Israel: Tujuan saya bukanlah untuk menyelesaikan konflik

Tel Aviv, SPNA -  Jika Anda bertanya, mengapa perdamaian antara Israel dengan orang-orang Palestina, maka jawaban negosiator Israel ini bisa menjadi salah satu alasannya.

BY 4adminEdited Mon,11 Dec 2017,10:53 AM

Tel Aviv, SPNA -  Jika Anda bertanya, mengapa perdamaian antara Israel dengan orang-orang Palestina, maka jawaban negosiator Israel ini bisa menjadi salah satu alasannya. "Tujuan saya bukan untuk menyelesaikan konflik. Tujuan saya adalah untuk mengamankan Yahudi Israel yang demokratis. . . mewujudkan visi Zionis sejak 70 tahun lalu," ungkap Gilead Sher kepada Gilad Halpern dan Dahlia Scheindlin dalam Tel Aviv Review.

Gilead Sher adalah seorang pengacara yang bertugas sebagai juru runding Israel -Palestina di pada masa pemerintahan Perdana Menteri Ehud Barak (1999-2001) dalam Perjanjian Sharm el Sheik, Camp David Accord, dan Perjanjian Taba. Hari ini Sher memimpin Pusat Negosiasi Terapan di Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv. Program tersebut membahas buku Sher , Negotiating in Times of Conflict, yang menawarkan berbagai perspektif tentang cara mengatasi hambatan dalam negosiasi damai, melihat contoh-contoh dari seluruh dunia. Institut tersebut melakukan pekerjaan yang bagus dan berharga, dan Sher memiliki wawasan yang membantu untuk ditawarkan.

Dan seperti inilah kutipan wawancara bersama Gilad Halpern dengan Gilead Sher.

Halpern: "Tujuan akhirnya adalah untuk melihat konflik terselesaikan."

Sher:  “Benar.”

Halpern: “Kembali ke masalah pemukim. . . . Mereka hidup jauh lebih baik di tengah konflik... daripada ... terjadinya resolusi (konflik), yang kemungkinan besar berarti mereka akan dievakuasi dari tanah tersebut. "

Sher:  "Ada beberapa hal yang harus saya sampaikan tentang pertanyaan Anda. Pertama, tujuan saya bukan untuk menyelesaikan konflik. Tujuan saya adalah untuk mengamankan Yahudi Israel yang demokratis berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang tercakup dalam Deklarasi Kemerdekaan kita tahun 1948. Dasar-dasar visi Zionis yang terwujud 70 tahun lalu. Jadi untuk melakukan itu kita harus bisa melepaskan diri dari orang-orang Palestina dan berharap hal tersebut bisa terwujud melalui kesepakatan yang dinegosiasikan.

"Kedua, ketika Anda melihat pemukim, 80% dari mereka telah bermukim di dekat Jalur Hijau di blok utama, dan mereka akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Israel dalam kesepakatan apapun. Anda berurusan dengan sekitar 100.000 pemukim yang harus dimukimkan kembali melalui sebuah perjanjian agar mereka memperoleh status sebagai penduduk tetap jika Israel dan Palestina terpisahkan. Dan untuk itulah dibutuhkan dialog internal."

Mengakhiri konflik bukan tujuann, saran Sher. Sekiranya konflik harus terus terjadi demi melestarikan visi Zionis seperti yang diungkapkan 70 tahun yang lalu, dengan pasukan Angkatan Pertahanan Israel menguasai seluruh Tepi Barat dan "pemisahan" dengan orang-orang Palestina, maka wujudkanlah. Tujuannya, kata Sher, adalah untuk melestarikan negara Yahudi tersebut sebagaimana tertuang dalam deklarasi tersebut, dan "untuk melakukan itu" katanya, "kita harus melepaskan diri dari orang-orang Palestina."

Tapi kita telah melihat apa arti “pelepasan”, yaitu berarti menembaki orang-orang Palestina dari pemukiman Yahudi, mencegah orang-orang Palestina dari tanah pertanian mereka, mencegah orang-orang Palestina dari sumur-sumur mereka; ini berarti pos pemeriksaan dan infrastruktur terpisah; Ini berarti peraturan militer bagi warga Palestina Tepi Barat dan pengadilan sipil untuk orang Yahudi Tepi Barat. Ini berarti melembagakan kekerasan, intimidasi, diskriminasi, dan kontrol terhadap orang-orang Palestina. Ini berarti mengubah Gaza menjadi penjara terbuka. Itu berarti tidak ada keadilan. Artinya konflik terus berlanjut.

Dan saya yakin Sher akan menunjukkan beberapa ketentuan idealis dari Deklarasi Kemerdekaan Israel: "[Israel] akan memastikan persamaan hak sosial dan politik sepenuhnya untuk semua penduduknya terlepas dari agama, ras atau jenis kelamin," dalam janji tersebut.

Dan memang benar, Israel sedang berjuang dan berusaha memenuhi janji ini di dalam Green Line. Namun itu tidak berlaku untuk Gaza atau Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Deklarasi tersebut menjanjikan "kewarganegaraan yang setara" kepada penduduk Arabnya, namun Israel kemudian bermain cepat dan lepas dengan konsep kewarganegaraan, dengan membedakan antara kewarganegaraan dan kebangsaan.

Deklarasi tersebut menegaskan bahwa Israel "siap untuk bekerja sama dengan badan-badan dan perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam mengimplementasikan. . . kesatuan ekonomi seluruh Eretz-Israel "(yang berarti Israel, Gaza, dan Tepi Barat). Israel belum serius dalam usaha ini. Hal ini pada dasarnya tidak sesuai dengan pendudukan.

Prioritizing separation over conflict resolution assures the conflict will not be resolved. Israel’s negotiators need to make conflict resolution their top priority if the conflict is to be resolved.

Memprioritaskan pemisahan di atas resolusi konflik justru memastikan bahwa konflik tidak akan teratasi. Negosiator Israel perlu membuat resolusi konflik sebagai prioritas utama jika konflik harus diselesaikan.

(T.RA/S: mondoweiss)

leave a reply
Posting terakhir