Yediot Ahronout: PM Israel Panik Atas “Kebebasan Pers” di Isra

BY Mahmoud Abu ShariaEdited Mon,25 Jul 2016,07:56 AM

Yediot Ahronout: PM Israel Panik Atas “Kebebasan Pers” di Israel.

Tel Aviv - Suarapalestina- : Salah seorang penulis Israel, Nahoum Birniya’ menilai bahwa media cetak dan elektronik di Israel saat ini sedang eforia menikmati kebebasan persnya. Meskipun kekebasan persnya tidak dilindungi oleh undang-undang. Berbeda dengan negara-negara lainnya, wartawan Israel bebas dari hukum meskipun tidak mencantumkan sumber beritanya. Dalam hal ini, Nahoum menyatakan bahwa: Kaidah-kaidah pers dan jurnalistik di Israel tidak tertulis dalam undang-undang, bahkan jaminan hukum untuk insan pers juga tidak diatur dengan jelas. Bahkan wartawan yang “menelanjangi” keburukan kinerja pemerintah diberikan penghargaan dari kantor beritanya. Pihak keamanan Israel tidak berani menyentuhnya. Dengan kata lain, jurnalisme dan pers Israel terus menyala dan apinya terus membesar.

Kebebasan jurnalistik dan pers di Israel perlu dicermati lagi, dan penting untuk dibuatkan aturan yang mengikat melalui kode etik pers, kalau tidak, maka pers di Israel akan rusak dan mengalami kemerosotan secara ekonomi.

Seperti yang kita lihat bersama sekarang, kondisi ekonomi bisnis perusahaan jurnalistik atau pers  (seperti cetak, elektronik dan Televisi) di Israel semakin merosot. Terbukti pemecatan besar-besaran terjadi di beberapa perusahaan media Israel. Dan di bursa saham pun bidang media Israel terus merosot tajam. 

Media internet dan cetak seperti koran, website juga tidak lagi diminati oleh rakyat Israel sekalipun, karena berita-beritanya tidak valid, penuh dengan kebohongan publik dan tidak bisa dipercaya. Media-media besar sudah dikuasai oleh cukong dan pengusaha besar yang memiliki kepentingan tertentu, sehingga tidak ada yang obyektif bahkan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara publik. Tujuannya hanya ingin “mencuci otak” pembaca.

Opini media Israel dikuasai tokoh-tokoh tertentu, bahan sudah ada di tangan menteri komunikasi dan Informasi Israel dan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu. Seluruh kekuatan media dikuasai oleh Netanyahu. Lalu pertanyaannya, apakah kejadian yang ada setiap hari akan bisa dirahasiakan oleh pemerintah sampai berapa lama? Krisis kepercayaan media di Israel harus segera diakhiri.

Lalu kenapa Netanyahu harus mengatur jadwal pemusatan siaran langsung di Israel untuk semua media TV yang ada? Bahkan kebijakan ini diputuskan sebelum dibuat aturan yang jelas?

Beberapa kali pemerintah Israel menjamin kebebasan Pers. “ini kebohongan yang nyata!”. Di Israel tidak ada kebebasan Pers. Tegasnya. 

Bahkan menteri Informasi dan komunikasi sebelumnya, Jal’at Ardan yang ingin menyatukan visi dan kebebasan pers media dan pers di Israel upaya yang baik, namun dalam pemerintahan ditolak mentah-mentah. Netanyahu mengajukan beberapa syarat terkait kebebasan pers ini, namun hanya sebatas janji, sampai sekarang tidak dilaksanakan.

Bahkan sapai saat ini konflik interest di Israel antar perusahaan media, wartawan, produser, investor, insan pers dan media, sangat besar.

Konflik ini diperparah dengan konflik kepentingan antara media, pemerintah dan pengusaha.  Untuk keluar dari krisis ini hanya ada dua cara, metode Erdogan atau metode Silvio Berlusconi.

Erdogan berhasil menguasai media di Turki, sedangkan Berlusconi berhasil membuat media baru dan puluhan stasiun TV sehingga bisa berkompetisi diantara insan media.  Bahkan di Italia ada 42 stasiun TV swasta, isinya tentang busana dan mempertontontan kecantikan wanita. Netanyahu bisa menerapkan metode keduanya, Erdogan atau Berlusconi.

leave a reply