Wawancara Erdogan:Tokoh Kudeta Tawari Panglima Militer Bertemu Gul

BY Rizky SyahputraEdited Tue,26 Jul 2016,09:48 AM

Wawancara Erdogan Pasca Kegagalan Kudeta : Tokoh Kudeta Tawari Panglima Militer Bertemu Fathullah Gulen.

Erdogan menambahkan: 'Pemerintah Turki saat ini sedang melalui masa transisi, namun kenyataannya ada kelemahan dalam tubuh intelejen'.

Ankara – Suarapalestina – Artikel - Presiden Turki, Rajab Tayyep Erdogan mengungkapkan bahwa salah satu tokoh kudeta menawari Panglima Tinggi Militer, Hulusi Akar untuk bertemu dengan Fathullah Gulen.

Erdogan menjawab 'Pelaku kudeta sudah diketahui, dan tuduhan yang terkait dengan apa yang tejadi adalah upaya kudeta dimana  Gulen adalah ketua jaringan teroris tersebut. Hal ini akan terus dilanjutkan dihadapan pengadilan'.

Dalam wawancara dengan Channel France 24, Jumat kemarin dan di kutip Kantor Berita Suara Palestina, Erdogan mengatakan: 'Mereka melakukan kudeta berdasarkan perintah dari Fathullah Gulen kini tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat'.

'Banyak tahanan yang mengakui hal itu, bahkan salah satu pihak yang menahan panglima tinggi mengakui bahwa ia mengajakan Hulusi untuk bertemu Fathullah Gulen'.

Erdogan mengajak seluruh pihak  untuk mengevaluasi kejadian ini dengan cara yang benar, serta tidak mengambil informasi kecuali dari pihak resmi bukan oposisi.

Erdogan menekankan perlunya netralisir seluruh lembaga negara dari organisasi Gulen untuk mencegah kemungkinan terburuk di masa mendatang.

'Organisasi tersebut telah bercokol di lembaga militer dan kementrian sejak 40 tahun lalu. Mereka seperti tumor ganas bahkan hingga sektor khusus', tambahnya.

Ia menyatakan bahwa langka-langkah yang ditempuh Turki dalam darurat sipil cukup untuk menyelesaikan masalah ini.

Presiden Turki menyatakan bahwa dirinya tidak menggubris kritikan negara-negara Eropa terhadap kebijakan pemerintah Turki. Ia lebih memilih untuk fokus terhadap darurat sipil yang pernah dilakukan negara-negara seperti Perancis, Jerman, Amerika Serikat untuk membendung terorisme.

'Jerman pernah mengumumkan darurat sipil di Munich setelah pembunuhan 6 warganya. Namun di Turki 246 orang terbunuh dan 2185 lainnya luka-luka akibat kudeta. Negara-negara Eropa yang memberlakukan darurat sipil belum mengalami pemandangan yang lebih mengerikan dari apa yang apa yang dialami Turki, dan belum ada usaha untuk mengkudeta badan pemerintah yang menargetkan seluruh negara seperti Turki'.

Erdogan menekankan bahwa beberapa media yang terlibat kasus kudeta akan dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Turki.

Terkait kasus pengunduran diri ketua dinas intelejen Turki, Hakan Faydan dan Hulusi Akar erdogan menyatakan bahwa pihaknya belum mengambil tindakan sebelum diadakan pertemuan dengan perdana menteri untuk meneliti dan mengambil keputusan final dalam masalah ini.

Erdogan menambahkan: 'Pemerintah Turki saat ini sedang melalui masa transisi, namun kenyataannya ada kelemahan dalam tubuh intelejen'.

Erdogan mengatakan bahwa kritikan Eropa yang ditujukan terhadap Turki terhadap penerapan darurat sipil tanpa mempertimbangkan bukti-bukti kongkrit bukanlah sikap yang benar. 'Jika sumber informasi yang mereka pegang salah, maka pihak yang menduduki posisi tertinggi dalam organisasi seperti NATO akan mengambil sikap yang tidak benar. Tindakan kalian menunjukkan bahwa kalian tidak profesional dalam hal ini'.

Ia mengatakan bahwa yang terjadi di Perancis hanya tindakan teroris biasa, sedangkan yang terjadi di Turki adalah kudeta yang bertujuan untuk menguasai Turki. Ia menekan perlunya membedakan darurat sipil yang diberlakuakn oleh dua negara.

'Saya ingin bertanya kepada NATO apakah kalian berada dibelakang kudeta atau negara yang dipimpin oleh undang-undang demokrasi? ', tanyanya.

Terkait pertanyaan rencana Turki mengembalikan hukuman mati adalah masa berakhirnya keanggotaan Turki di NATO, Erdogan menjawab: 'Rakyatku menuntut hukuman mati, parlemen juga menyetujui hal itu, karena itu siapapun tidak boleh menyalahkan kami, karena menuruti perintah rakyat adalah kewajiban seorang pemimpin'.

'Apakah hukuman mati berlaku di Amerika, Rusia dan Cina?, Ya benar, hukuman mati juga berlaku di sebagian besar negara dunia', tambahnya.

Terkait permintaan Amerika kepada Turki untuk menyerahkan bukti-bukti nyata keterlibatan Fathullan Gulen, Erdogan menjawab 'Pelaku kudeta sudah diketahui, dan tuduhan yang terkait dengan apa yang tejadi adalah upaya kudeta dimana  Gulen adalah ketua jaringan teroris tersebut. Hal ini akan terus dilanjutkan dihadapan pengadilan'.

'Ketika Amerika meminta Turki untuk menyerahkan kelompok teroris kami menyerahkan mereka tanpa meminta Amerika menyerahkan barang bukti. Apakah Amerika pernah menyerahkan bukti keterlibatan kelompok teroris tersebut? Namun hari ini kami meminta amerika untuk menyerahkan Gulen yang berupaya untuk mengkudeta pemerintah,  mereka malah meminta kami menyerahkan bukti'.

'Kami hanya melakukan apa yang dilakukan negara-negara maju, dan saat ini negara-negara barat belum melihat bom waktu di Turki. Mungkin mereka akan sadar setelah terjadi pembunuhan terhadap aparatur negara Turki. Kami akan terus berupaya melakukan segalanya untuk mencegah hal ini'.

Erdogan juga menyatakan jika tidak ada pilihan lain maka pihaknya akan bertemu Vladimir Putin pertengahan Agustus mendatang.

15 Agustus lalu kudeta militer dilancarkan oleh elemen tertentu di ibu kota Ankara dan Istanbul, dimana elemen tersebut disinyalir sebagai pengikut Gulen. Mereka berupaya menutup dua jembatan yang menghubungkan Asia dan Eropa di Istanbul, serta mengambil kontrol terhadap beberapa lembaga militer dan sebagian perusahan media.

leave a reply