Nelayan Gaza: Perluasan zona berlayar “tidaklah cukup”

Bagi 4.000 nelayan Jalur Gaza, rencana yang diusulkan Israel untuk membiarkan mereka –sementara waktu- berlayar lebih jauh dari pantai "tidaklah cukup".

BY Rara Atto Edited Sat,21 Oct 2017,12:48 PM
Nelayan Gaza: Perluasan zona berlayar “tidaklah cukup”

Aljazeera - Gaza

Gaza, SPNA - Bagi 4.000 nelayan Jalur Gaza, rencana yang diusulkan Israel untuk membiarkan mereka –sementara waktu- berlayar lebih jauh dari pantai "tidaklah cukup".

Kepada Al Jazeera para nelayan mengatakan bahwa keputusan Israel untuk sedikit memperluas batas zona penangkapan ikan dari enam menjadi sembilan mil laut atau setara dengan 16 kilometer, yang dilaksanakan pekan ini, kenyataanya hanya akan berdampak kecil.

"Apa pun itu tidak ada bedanya bagi kami," Nizar Ayash, kepala serikat nelayan Gaza, mengatakan kepada Al Jazeera.

"Secara ekonomi ini tidak berpengaruh, dan ini hanya aksi publisitas yang digunakan Israel untuk memperbaiki citra mereka secara internasional."

Perluasan tersebut, yang akan berlangsung selama enam pekan, tidak berlaku untuk kapal-kalap di pelabuhan utara Gaza. Mereka tetap dibatasi pada jarak enam mil laut.

Dikatakan bahwa perluasan tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekonomi Gaza, yang sangat bergantung pada sektor perikanan.

Namun, penurunan sektor perikanan Gaza justru dirasakan akibat dari kebijakan yang diberlakukan Israel. Pada tahun 2007, setelah Hamas memenangkan pemilihan Hamas dan mengontrol wilayah tersebut, Israel memberlakukan blokade darat, udara dan laut yang ketat di Gaza.

Akibatnya, keuntungan dari ekspor perikanan menyusut, sementara keterbatasan akses terhadap bahan baku membuat sebagian besar kapal tidak bisa direnovasi dan berfungsi maksimal.

Pada tahun 2013, negara tetangganya- Mesir,- yang kerap menutup persimpangan perbatasannya dengan Gaza, memblokir terowongan yang menghubungkan Gaza dengan al-Arish Mesir. Penutupan ini termasuk untuk arus barang dan bahan bakar, yang sangat dibutuhkan kapal-kapal Gaza untuk berlayar.

Meski perluasan tersebut memungkinkan nelayan untuk menjangkau area penangkapan ikan yang lebih luas, namun sembilan mil masih masih belum cukup untuk melayani sekitar 1.000 kapal Gaza.

Di bawah persetujuan Oslo yang ditandatangani pada 1993, Israel diwajibkan memberi izin penangkapan ikan hingga 20 mil laut, namun hal tersebut tidak pernah terlaksana.

Dalam satu dekade terakhir, kisaran terluas yang diizinkan Israel adalah 12 mil laut, dan terkadang, batas tersebut dikurangi satu mil laut, ungkap Ayash. Selama masa itu pula Israel telah meluncurkan tiga serangan besar di Gaza yang telah merusak banyak infrastruktur kota. Selama serangan ini, penangkapan ikan dilarang sama sekali.

Penangkapan dalam jumlah besar di wilayah yang kecil selama bertahun-tahun telah mengurangi populasi ikan dan menghabiskan jumlah ikan yang dikembangbiakkan.

"Pada tahun 2006, sebelum terjadinya perpecahan politik, kami diizinkan untuk berlayar hingga 20 mil laut, jumlah kapal dan nelayan kurang, dan hasil tangkapan kami lebih banyak dibanding saat ini," kata Ayash.

"Dulu kami biasa menangkap ikan hingga 4.000 ton, dan cukup untuk memenuhi permintaan pasar. Namun kini, hanya mencapai 1.800 ton, yang terdiri dari ikan besar ikan kecil, dan sangat tidak memenuhi kebutuhan pasar lokal."

Di Gaza, nelayan dianggap sebagai profesi berbahaya oleh organisasi hak asasi manusia, sebab berbagai gangguan dari Israel kerap mereka temui saat berlayar. Menurut Ayash, jika sebuah kapal berlayar mendekati tanda batas enam mil laut, maka ia akan segera disita dan tidak pernah kembali.

Pusat Hak Asasi Manusia Palestina yang berbasis di Gaza (PCHR) melaporkan bahwa pada 2016, terdapat 126 insiden di mana angkatan laut Israel menembaki kapal nelayan Palestina. Dalam tahun tersebut, 12 nelayan terluka, dan 121 orang ditahan.

PCHR mengatakan bahwa bulan lalu, terjadi 13 kasus penembakan yang dilakukan oleh pasukan Israel, yang melukai satu orang dan menahan dua orang lainnya.

Namun, banyak nelayan Gaza berharap bahwa kesepakatan rekonsiliasi yang baru antara Fatah dan Hamas akan membantu meringankan penderitaan mereka.

(T.RA/S: Al Jazeera)

leave a reply