Al-Aqsa, SPNA - Direktur Masjid Al-Aqsa, Sheikh Omar Al-Kiswani, mengatakan bahwa pendudukan Israel mencoba memanfaatkan hari besar Yahudi untuk mengambil alih Masjid Al-Aqsa.
Dalam konferensi pers yang dilansir Youm7, (25/12/2019) Al-Kiswani menegaskan bahwa Al-Aqsa adalah milik umat Islam sesuai dengan keputusan lembaga internasional khususnya UNESCO.
Dia juga menuntut negara-negara Arab untuk terus membela Masjid Al-Aqsa. Hal ini karena Al-Aqsa tidak hanya milik Palestina namun seluruh umat Islam.
Kelompok Yahudi ekstremis sebelumnya menyerukan warga Israel agar memadati Al-Aqsa dalam perayaan Hanukkah yang berlangsung selama seminggu.
Pemerintah Israel berupaya membagikan Al-Aqsa secara temporal dan spasial antara Muslim dan Yahudi, seperti yang terjaditerhadap Masjid Ibrahimi di Hebron.
Sebagian pemeluk agama Yahudi meyakini bahwa kuil suci yang dibangun oleh Nabi Sulaiman terletak di Al-Aqsa. Karena itu mereka memaksakan ritual terutama di hari besar Yahudi di Masjid Al-Aqsa untuk merebut Al-Aqsa secara perlahan, dimana hal ini dapat memicu konflik umat beragama.
Seperti yang terjadi saat lebaran Idul Adha tahun ini, dimana ribuan Yahudi ekstremis mendobrak masuk ke Al-Aqsa. Sekitar 1340 orang yang dikawal ketat oleh pasukan pertahanan Israel memaksa masuk ke Al-Aqsa pada saat umat Islam sedang melaksanakan s sholat eid.
Aksi brutal yang dilakukan Yahudi ekstremis dan IDF tersebut dikecam keras oleh lembaga Islam dan Arab. Mereka menilai pelanggaran hukum terhadap bangsa Palestina merupakan serangan terhadap seluruh umat Islam.
Dewan Eksekutif UNESCO dalma pertemuan sesi ke-207 di Paris menyetujui sebuah resolusi yang menyeru Israel untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan sepihaknya terhadap situs bersejarah di Yerusalem.
Resolusi itu meminta Israel agar menghentikan pelanggaran unilateral dan ilegal terhadap Masjid Al-Aqsa dan di dalam tembok Kota Tua Yerusalem.
(T.RS/S:Youm7)