Penderitaan Aktivis Palestina di balik Perintah Pelarangan Memasuki Masjid Al-Aqsa

Seorang aktivis wanita Palestina menceritakan bagaimana ia menghadapi tuntutan, pengusiran dan larangan untuk memasuki salah satu situs paling suci Islam itu.

BY Edited Sat,22 Aug 2020,04:31 AM

Al-Quds, SPNA - Suatu ketika, Hanady Halawani bergegas ke Masjid Al-Aqsa di Al-Quds bersama suami dan anak-anaknya guna melaksanakan salat.

Saat keluarganya memasuki masjid, Hanady tetap berada di luar, alih-alih salat di dekat Lions Gate (Gerbang Singa), dia dilarang oleh otoritas Israel untuk memasuki situs suci itu.

"Rumah saya terletak beberapa meter dari masjid, umat Islam berbondong-bondong melewatinya untuk sholat, tetapi saya tidak dapat menginjakkan kaki di dalam (Al-Aqsa) karena perintah pengusiran yang terus menerus dengan persyaratan yang sangat membatasi," tutur guru berusia 40 tahun itu.

Pada 2012, otoritas Israel memulai gerakan sistemik yang menargetkan puluhan aktivis wanita Palestina yang menentang pemukim Israel yang menyerbu Kota Tua Yerusalem dan kompleks Masjid Aqsa dalam upaya untuk menggantikan penduduk asli Palestina.

Para aktivis ini ditangkap, dicabut jaminan kesehatan nasionalnya meskipun beberapa dari mereka menderita penyakit, dan dilarang bepergian, pembatasan dan ancaman terus menerus.

"Saya tidak bisa ingat berapa banyak penyerangan mereka. Yang terakhir adalah keputusan yang dibuat oleh Menteri Dalam Negeri Israel dua minggu lalu yang melarang saya bepergian selama enam bulan, dan dapat diperpanjang," kata Hanady, yang diancam langsung oleh polisi. Intelijen Israel mendeportasinya sebagai hukuman atas aktivitas politiknya.

Pada 31 Mei 2020, Masjid Al-Aqsa dibuka kembali setelah dua bulan ditutup guna pencegahan selama wabah COVID-19.

Sejak itu, langkah-langkah tersebut menjadi semakin membatasi warga Palestina beribadah di sana.

Standar Ganda

"Jurnalis Palestina dilarang meliput serangan Israel. Di sisi lain, seorang jurnalis Israel mengawal pemukim ekstremis Yahoda Glik untuk meliput kegiatan provokatifnya di masjid," kata Halawni kepada Anadolu Agency.

Sondos Ewies, seorang jurnalis Palestina dari Yerusalem yang ditangkap akibat pemberitaannya terkait pembukaan kembali Masjid Al-Aqsa, diusir seminggu kemudian oleh intelijen Israel selama minimal tiga bulan.

Pada 2015, polisi Israel memasukkan 50 wanita Palestina dalam daftar hitam yang dianggap oleh Tel Aviv sebagai aktivis berbahaya. Sebagian besar masih dilarang memasuki masjid sejak tanggal tersebut

“Antara 2016 dan 2020, saya hanya diizinkan untuk sholat di masjid suci saya selama 60 hari dalam empat tahun. Perintah pengusiran saat ini berlangsung lebih dari 18 bulan,” kata Hanady.

Gangguan

Puluhan kali, pasukan Israel menyerbu rumah Hanady. Sebagian besar penggerebekan dilakukan di tengah malam. Polisi dan petugas intelijen dengan sengaja menghancurkan furnitur dan menyita berbagai barang seperti laptop, smartphone, dan perangkat penyimpanan apa pun, katanya kepada Anadolu Agency.

"Saya dikarantina Juli lalu. Meskipun demikian, pasukan menyerbu rumah saya saat fajar dan menangkap saya. Keesokan harinya di persidangan, seorang polisi memasuki aula dan menulis pelanggaran terhadap saya. Mereka menuduh saya tidak mematuhi karantina," kata Hanady, yang juga mengalami kesulitan keuangan karena terus mengalami serangan di rumahnya.

"Puluhan tentara menyerbu rumah saya untuk mengancam saya agar menghentikan aktivitas saya di media sosial. Saya berkata kepada petugas, 'Anda dapat menelepon saya dan mengatakan ini di telepon, tidak perlu pasukan ini.' Dia menjawab, 'Anda adalah wanita paling berbahaya di Yerusalem, Anda pantas mendapatkan kekuatan ini untuk menakut-nakuti Anda."

Tak terhitung lagi berapa kali ia ditangkap, Hanady mengatakan bahwa penargetan sistematis ini tidak normal dan berbahaya bagi anak-anaknya, yang tidak lagi merasa aman.

Meskipun 51 tahun telah berlalu sejak turis Australia Denis Michael Rohan membakar Masjid Al-Aqsa Yerusalem Timur, warga Palestina mengatakan, api masih melanda situs yang menjadi titik konflik itu, dengan serangan dan pembatasan yang terus berlanjut dalam berbagai bentuk.

Serangan pembakaran adalah salah satu dari beberapa serangan di lokasi itu sejak pendudukan Israel di Yerusalem Timur pada tahun 1967.

Bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa mewakili situs tersuci ketiga mereka. Orang Yahudi, pada bagian mereka, menyebut daerah itu sebagai Temple Mount, dan mengklaimnya sebagai situs dua kuil Yahudi di zaman kuno.

(T.RA/S: Anadolu Agency)

leave a reply
Posting terakhir

Hamas Sambut Baik Upaya Mesir untuk Akhiri Penderitaan Rakyat Palestina

Dalam pernyataan tersebut, Presiden Mesir menegaskan bahwa Mesir akan terus melanjutkan upayanya dalam meringankan penderitaan rakyat Palestina di Jalur Gaza, dengan target utamanya mengakhiri blokade Israel di Jalur Gaza, sebagai cerminan  hubungan yang mengakar antara Mesir, bangsa Palestina dan rakyat di Gaza.