Studi Al-Zaytouna: Masa Depan Israel di Kawasan Mengkhawatirkan

Di samping hal itu, kebenaran besarnya adalah entitas Israel tidak akan menikmati stabilitas keamanan mutlak di wilayah tersebut dan akan terus mempertaruhkan keunggulan dan kelemahan militernya di kawasan.

BY Edited Sat,24 Oct 2020,12:14 PM

Tel Aviv, SPNA - Pusat Kajian dan Konsultasi Al-Zaytouna mengeluarkan makalah ilmiah yang disusun Profesor Walid Abdul Hay berjudul “Masa Depan Israel Dilihat dari Berbagai Studi Masa Depan Non-Arab". Ia mengamati berbagai model studi masa depan Israel dan Barat selama periode 2000-2020 untuk melihat prediksi masa depan Israel melalui studi tersebut.

Merujuk pada laporan Palinfo, Abdul Hay bekerja dengan mengidentifikasi aspek kecocokan dan perbedaan yang paling menonjol dalam berbagai studi dengan mempelajari model atau sampel yang berkaitan dengan masa depan Israel, Eropa, dan Amerika Serikat.

Studi Eropa dan Amerika menunjukkan angka keprihatinan terkait masa depan Israel dalam jangka menengah dan panjang, sedangkan studi Israel sendiri menunjukkan hal ini dalam jangka pendek dan menengah. Studi Eropa menunjukkan angka yang lebih pesimis terkait masa depan Israel secara lokal, regional, dan internasional, jika dibandingkan dengan studi yang dilakukan Amerika atau Israel pada umumnya.

Setelah mempelajari dengan cermat berbagai studi yang berhubungan dengan masa depan "Israel", Abdul Hay memberikan fokus pada temuan dan perubahan besar (megatren), dengan referensi melalui teknologi lain. Ia menyimpulkan bahwa parameter utama masa depan Israel dapat diidentifikasi melalui studi tersebut.

Studi ini memprediksikan ketidakstabilan di kawasan Israel dan kelanjutan gelombang konfrontasi militer yang akan tetap terjadi hingga tahun 2050, serta konfrontasi Iran-Israel masih memiliki kemungkinan tinggi dalam jangka menengah. Hal ini juga mengindikasikan bahwa potensi konflik internal di kawasan Israel masih cukup tinggi dengan variasi penilaian intensitas dan potensi berbagai bentuk konflik.

Abdul Hay juga menunjukkan kekhawatiran Israel di masa depan yang paling menonjol adalah peningkatan kekuatan perlawanan dan berkurangnya dukungan Amerika secara bertahap untuk Israel, baik karena alasan internasional, regional, atau pun lokal. Salah satu yang perhatian Israel adalah mundurnya citra pemerintahannya dalam opini dunia dan refleksi pada kedudukan internasional.

Adapun terkait kemungkinan pembentukan negara Palestina, berdasarkan hasil studi ini, peluang tersebut telah mengalami gelombang fluktuasi, di antaranya: Pelestina menjadi negara federasi di bawah Israel, Palestina membentuk pemerintahan sendiri yang mandiri, atau Palestina gagal membentuk negara yang merdeka sama sekali.

Meskipun hal ini didasarkan pada hasil studi masa depan dari berbagai lintas perubahan atau kecenderungan (baik besar maupun kecil), elemen kejutan terkait dalam hal hubungan internasional sangat mempengaruhi dan tidak dapat diabaikan.

Dalam studi mendatang tentang kawasan dan konflik Arab-Israel, berbagai kemungkinan kecil dalam waktu dekat telah dapat diidentifikasi. Namun, kemungkinan ini dapat terjadi dalam jangka waktu menengah dan panjang, seperti perubahan politik di Iran, gangguan di Mesir yang dapat mengarah pada kembalinya Ikhwanul Muslimin ke tampuk kekuasaan, bias diplomasi Yordania terhadap Turki dan Qatar dengan cara yang mempengaruhi hubungan Yordania-Israel, perubahan besar dalam peta kekuatan politik di Yordania, kendali Hamas atas Tepi Barat, serta sikap Turki dan Mesir dalam perlombaan nuklir di wilayah tersebut.

Di samping hal itu, kebenaran besarnya adalah entitas Israel tidak akan menikmati stabilitas keamanan mutlak di wilayah tersebut dan akan terus mempertaruhkan keunggulan dan kelemahan militernya di kawasan.

(T.NA/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Kesepakatan Pertukaran Tawanan dengan Israel Paling Menonjol Masa ke Masa

Menurut (WAFA), pertukaran itu melibatkan Mesir, Yordania, Suriah dan Lebanon. Setiap negara melakukan transaksi secara terpisah, yang terakhir dengan Suriah pada bulan Juni di tahun yang sama. Dalam kesepakatan itu: Ada 156 tentara Israel di tangan Mesir, 673 tentara di tangan Yordania, 4 tentara di Suriah, dan 8 di Lebanon, sementara Israel menahan 1.098 tentara Mesir, 28 Saudi, 25 Sudan, 24 Yaman, 17 Yordania, 36 Lebanon, 57 Suriah, dan 5.021 Palestina.