Mantan PM Malaysia: Orang Prancis Harus Diajar Menghormati Agama Lain

Di Twitter Mahathir Mohamad juga menulis, Prancis harus mengajari warganya untuk menghormati perasaan orang lain.

BY Edited Fri,30 Oct 2020,10:37 AM

Kuala Lumpur, SPNA - Menyebut Presiden Prancis Emmanuel Macron "primitif" dalam menyalahkan Islam dan Muslim atas pemenggalan seorang guru di pinggiran kota Paris awal bulan ini. Kamis (29/10/2020), mantan perdana menteri Malaysia mengatakan bahwa Prancis harus mengajari warganya untuk menghormati perasaan orang lain.

"Tapi pada umumnya, Kaum Muslim belum menerapkan hukum 'mata diganti mata'.," kata Mahathir Mohamad di Twitter. Meskipun, "Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu."

Prancis dituduh melakukan pembunuhan massal selama era kolonialis di negara-negara seperti Aljazair, yang berada di bawah pendudukan Prancis selama lebih dari 130 tahun dan di mana lebih dari 1,5 juta warga Aljazair terbunuh.

Mahathir mengatakan orang Prancis harus diajar untuk menghormati agama lain.

Menyinggung pernyataan presiden Prancis, dia mencatat bahwa Macron bukanlah orang yang beradab.

"Dia sangat primitif dalam menyalahkan agama Islam dan Muslim atas pembunuhan guru sekolah yang melakukan penghinaan. Itu tidak sesuai dengan ajaran Islam."

Sementara itu, dia menolak pembunuhan brutal Samuel Paty, yang dibunuh oleh seorang anak berusia 18 tahun asal Chechnya, dia menekankan bahwa menghina orang dan agama lain tidak bisa dilihat sebagai kebebasan berekspresi.

"Pembunuhan bukanlah tindakan yang saya setujui sebagai seorang Muslim ... Anda tidak dapat mendekati seorang pria dan mengutuknya hanya karena Anda percaya pada kebebasan berbicara," tambahnya.

Tapi "karena Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Islam atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum Prancis," kata Mahathir, merujuk pada kampanye boikot di banyak negara terhadap produk Prancis, meskipun dia menambahkan bahwa itu tidak dapat mengkompensasi kesalahan Prancis sepanjang sejarah.

Awal bulan ini, Macron menggambarkan Islam sebagai "agama dalam krisis" dan mengumumkan rencana undang-undang yang lebih keras untuk menangani "separatisme Islam" di Prancis.

Ketegangan meningkat lebih lanjut setelah pembunuhan Paty pada 16 Oktober, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad yang menghujat di salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.

Macron membela karikatur itu, dengan mengatakan Prancis "tidak akan menyerahkan kartun kami".

Karikatur berbau hinaan oleh Charlie Hebdo, majalah mingguan Prancis, juga diproyeksikan pada gedung-gedung di beberapa kota.

Sejak itu, ada kecaman internasional dan seruan untuk memboikot produk Prancis serta protes di banyak bagian dunia Muslim.

(T.RA/S: Anadolu Agency)

leave a reply
Posting terakhir

Al-Hariri Kecam Penyerangan di Prancis: Terorisme Tidak Punya Agama

Dalam sebuah tweet di Twitter ia menuliskan: "Saya mengutuk keras dan mengecam serangan kriminal keji terhadap Gereja Notre Dame di Nice, Prancis. Terorisme tidak memiliki agama, dan semua Muslim hendaklah menolak tindakan kriminal yang tiada hubungannya sama sekali dengan Islam dan Nabi pembawa risalah cinta,...”