Limbah Pabrik Israel Mencemari Wilayah Palestina di Tepi Barat

Sejak pendudukan 1967, pemerintah Israel telah membangun sekitar 25 pabrik yang mencakup 300 gedung. 29 diantaranya adalah pabrik produksi bahan kimia, 15 pabrik pengolahan limbah, 6 pabrik pengolahan limbah berbahaya. Sebagian besar  terletak di Komplek Industri Barkan, yang terletak di Tepi Barat pusat.

BY Edited Thu,04 Feb 2021,10:29 AM

Ramallah, SPNA – Amir dan Sarah yang baru tinggal di desa Jabbara, Provinsi Tulkarem terpaksa pindah mencari rumah lain. Keduanya tak peduli lokasi atau bentuk rumah baru yang akan mereka tempati, asal jauh dari pabrik Israel. Sepasang pengantin ini tak rela jika buah hati mereka lahir di kawasan tercemar akibat limbah industri Israel.

2019 lalu pemerintah Israel mengumumkan pembangunan Zona Industri yang berjarak beberapa meter saja dari rumah mereka. Dengan 130 gedung, pabrik tersebut memproduksi bahan ringan seperti plastik sampai produk militer.

Sejak pendudukan 1967, pemerintah Israel telah membangun sekitar 25 pabrik yang mencakup 300 gedung. 29 diantaranya adalah pabrik produksi bahan kimia, 15 pabrik pengolahan limbah, 6 pabrik pengolahan limbah berbahaya. Sebagian besar  terletak di Komplek Industri Barkan, yang terletak di Tepi Barat pusat.

Sementara itu pusat Industri Nitzane Shalom yang terletak di Bagian Utara memiliki  13 pabrik.

Menurut laporan Gubernur Tulkarem, Isham Abu Bakar, Nitzane Shalom dibangun pada tahun 1985 setelah dipindahkan secara paksa dari kota Netanya yang diduduki. Hal ini karena penduduk Yahudi Netanya menentang pembangunan pabrik di  wilayah mereka akibat pencemaran lingkungan.

“Pabrik ini dibangun dengan jarak hanya 500 meter dari sekolah. Akibatnya 11.000 siswa Palestina disana menjadi korban pencemaran lingkungan. Beberapa flat bersebelahan dengan zona industri Israel yang sebelumnya ditinggali warga Palestina terpaksa dikosongkan. Tumbuh-tumbuhan di lokasi juga mati. Lokasi tersebut menjadi tak layak huni akibat pencemaran, ‘’ tambahnya.  

Dengan  luas 50000 meter persegi, pusat industri tersebut menciptakan pestisida,  pupuk, gas, logam berat, tangki gas, minyak bumi, dan gas bertekanan. “Seluruh limbah, polutan, dan sisa pabrik ini dibuang ke permukiman Palestina tanpa pengawasan dari pihak berwenang, ‘’ terangnya.

Studi Lingkungan

Otoritas Pelestarian Lingkungan Palestina tahun 2016 silam membongkar dampak buruk dari pusat industri Nitzane Shalom terhadap warga Palestina. Hal ini dilakukan melalui riset terhadap sumber air dan tanah, udara serta keanekaragaman hayati. Penelitian juga dilakukan terhadap darah dan ASI ibu Palestina yang tinggal dekat dengan lokasi pabrik.

Mereka menemukan senyawa berbahaya seperti dioksin dan furan dalam sampel yang diambil dari warga yang tinggal dekat pabrik lebih tinggi dibandingkan dengan warga Palestina yang tinggal di kawasan lain.

Emisi gas dan zat padat beracun menyebabkan terkikisnya aktivitas bakteri di dalam tanah. Kawasan tersebut juga mengalami hujan asam akibat nitrogen oksida, belerang dan zat amonia yang dihasilkan pabrik,‘’ terang Kepala Pelestarian Lingkungan Palestina, Jamal Mutawwir.

75 persen dari populasi Palestina yang disurvei, mengaku mengalami masalah pada kesehatan setelah Nitzane Shalom beroperasi.

Pelestarian Lingkungan Palestina sudah 45 kali mengajukan  pengaduan kepada kepada PBB terkait pencemaran lingkungan yang ditimbulkan pabrik industri Israel yang membahayakan nyawa warga Palestina.

Pakar hukum Aisyah Ahmad Ali, menuntut PBB untuk melaksanakan Pasal 23 Deklarasi Rio 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan, dengan memberikan perlindungan lingkungan dan sumber daya alam bagi masyarakat yang berada di bawah penganiayaan dan pendudukan.

Dia juga mendorong agar Palestina membentuk tim ahli hukum internasional dalam masalah lingkungan demi mengusut kasus pencemaran lingkungan di wilayah Palestina akibat industri Israel, dengan menggunakan mekanisme hak asasi manusia internasional.  

Pembangunan kawasan industri di Tepi Barat digagas oleh Mantan Presiden Israel, Shimon Peres pada tahun 1967. Dia berulang kali menekankan bahwa tujuan utama dari pabrik tersebut adalah merekrut  pekerja Palestina di Tepi Barat serta menekan krisis di Palestina.

Menurut laporan  surat kabar ekonomi Israel, Globes, sampai saat ini Jumlah buruh Palestina di Israel  mencapai 133.300 buruh pria dan wanita per-akhir tahun 2019.

(T.RS/S:TheIndependent)

 

leave a reply