Mengenang Prof. Abd As-Sattar Qasim; Cahaya Kebenaran yang Tak Pernah Redup

Beliau adalah salah satu tokoh Palestina yang giat menyuarakan kebenaran dan penolakan terhadap penjajahan Israel. Hal itu membuatnya mengalami banyak pengalaman menarik dalam memperjuangkan kemerdekan Negara Al-Aqsa, Palestina.

BY Edited Thu,04 Feb 2021,10:25 AM

Tepi Barat, SPNA - Palestina baru saja melepas kepergian salah satu tokoh besarnya, Prof. Abd As-Sattar Qasim. Bagi Palestina, beliau adalah suara kebenaran yang terus menggema meski penjajah berusaha membungkamnya dengan berbagai cara.

Kebenaran yang ia sampaikan tidak hanya ditujukan kepada pihak yang telah merampok tanah Palestina, tapi juga untuk mereka yang lalai dalam memperjuangkan kemerdakaan untuk negaranya sendiri. Tidak jarang, ia bahkan terlibat perang argumen dengan pemerintah lokal demi meluruskan jalur perjuangan dan membersihkan singgasana dari berbagai kotoran politik kepentingan pribadi.

Biografi

Prof. Abd As-Satar Qasim lahir di Deir Al-Ghusun, sebuah kota kecil di Provinsi Tulkarm, tahun 1948.

Riwayat pendidikan, beliau mendapatkan gelar sarjana ilmu politiknya dari The American University di Kairo. Pendidikan magister kemudian dilanjutkan di Amerika, tepatnya di Universitas Kansas, dengan bidang keilmuan yang sama.

Sebelum mengejar gelar doktoral, Abd As-Sattar sempat  mengambil gelar master sakali lagi di bidang ekonomi, di Universitas Missouri, Amerika Serikat. Sedangkan gelar dokter beliau peroleh dari universitas yang sama. Konsentrasi pendidikan yang ditekeni ketika itu adalah Ilmu Filsafat Politik, tahun 1977.

Sebelum meninggal, beliau tercatat sebagai salah satu pengajar di sebuah universitas swasta di Neblus, An-Najah National University. Beliau juga pernah membagi ilmu di The University of Jordan, Yordania, Birzeit University dan Al-Quds University.

Ia juga pernah mendapatkan penghargaan Abdul Hameed Shoman dalam bidang ilmu politik. Sebuah penghargaan yang diberikan oleh institute Abdul Hameed Shoman.

Institute Abdul Hameed Shoman didirikan pada tahun 1978, dengan prakarsa nirlaba oleh Bank Arab. Mereka mengalokasikan sebagian dari keuntungan tahunannya untuk pendidikan. Berangkat dari pentingnya mengerahkan upaya dalam membangun landasan bagi kemajuan Arab. Serta untuk mendorong penelitian ilmiah, studi manusia dan pencerahan budaya dan inovasi masyarakat.

Kepribadian

Salah satu rekan Prof Abd As-Sattar, Dr. Jamal Amru, mengatakan kepergiannya membuat Palestina kehilangan seorang tokoh penting yang selalu melawan kebatilan.

"Kepergiannya merupakan kerugian bagi setiap orang yang berfikir merdeka di Palestina, serta meninggalkan luka yang dalam." Ucapnya, seperti dikutip dari Palinfo.com.

"Kepergiannya persis disaat Palestina sedang terluka yang terus mengeluarkan darah, di tengah malah gelap yang membutuhkan purnama." Tambahnya.

Luka dan kegelapan yang beliau maksudkan adalah gelombang normalisasi hubungan negara Arab dengan Israel yang belakangan gencar terjadi.

Menurut rekannya tersebut, Prof. Abd As-Sattar, merupakan sosok yang dibutuhkan sumbangsihnya di banyak bidang. Ia adalah reformis sosial, politikus, aktivis hak asasi manusia, Pembelas Al-Quds dan Neblus. Itu disamping status aslinya sebagai seorang pendidik.

Penangkapan oleh Otoritas Palestina

Sebagai seorang aktivis, berada di penjara sudah menjadi hal yang biasa.  Ia pertama kali ditangkap oleh pemerintah lokal pada tahun 2009. Ketika itu ia dijemput ke rumahnya karena dipicu penyataan yang ia sampaikan pada sebuah stasiun televisi Palestina.

Pada tahun 2011 ia juga pernah ditangkap selama 48 jam oleh keamanan Palestina karena sebuah buku yang ia tulis. Ia dilaporkan oleh Rektor Universitas An-Najah Al-Wataniyah tempat ia mengajar. Buku yang ia tuliskan tersebut berjudul "Antara Administrasi An-Najah dengan Kejaksaan Agung Palestina/ Bain Idarat An-Najah wa Al-Qadhak Al-Falisthiniy."

Hal yang sama belangsung pada tahun 2016. Kala itu oleh Fatah ia dituduh mengusulkan hukuman mati untuk Presiden Palestina, Mahmud Abbas dan para pemimpin keamanan Palestina, dalam sebuah wawancara televisi. Namun Abd As-Sattar menolak tuduhan itu sama sekali.

Di Penjara Israel

Selain penjara lokal, Prof. Abd As-Sattar, juga pernah dijebloskan beberapa kali ke penjara Israel, pasca Intifada Pertama tahun 1987. Ia juga mendapat hukuman larangan melakukan perjalanan ke luar negeri selama 27 tahun.

Penangkapan Israel terhadapnya juga berlangsung pada tahun 2014, pasca serangan Israel ke Gaza.

Percobaan Pembunuhan

Mobil pribadi Prof. Abd As-Sattar, pernah menjadi sasaran pembakaran oleh orang tak dikenal (OTK), ketika ia tinggal di Distrik Al-Jabal Al-Janubi, Neblus.

Informasi yang dikumpulkan dari media, ahli ilmu politik ini juga pernah mengalami pemukulan, penembakan, pembakaran perpustakaan pribadi, dan puluhan kali menerima surat ancaman.

Penembakan itu terjadi pada lima Agustu 2014, dua ratus meter dari rumahnya di Neblus.  Tiga pemuda bersenjata ketika itu berusaha membunuhnya namun ia berhasil menyelamatkan diri.

Karya

Selama menjalani kehidupan pendidikan, Prof. Abd As-Sattar berhasil menelurkan 25 buku serta menulis sekitar 130 kajian ilmiah dan ribuan artikel.

Sebagian dari buku-bukunya tersebut adalah:

1. Al-Falsafat As-Siyasah At-Taqlidiyah (Filsafat politik tradisional).

2. Suquth Malik Al-Muluk (seputar revolusi Iran)

3. As-Syahid Izzuddin Al-Qassam (Biografi Izzuddin Al-Qassam)

4. Mutafaat Al-Julan (Dataran Tinggi Golan)

5. At-Tajribah Al-Iktiqaliyah (Percobaan Penangkapan dan Pencekalan)

6. Ayyam fi Mu'taqal Naqib (Pengalaman di Penjara Nagev Israel)

7. Hurriyat Al-Fard wa Al-Jama'ah fi Al-Islam (Kebebasan Personal dan Kelompok dalm Islam)

8. Al-Marat fi Fikr Al-Islami (Perempuan dalam Pandangan Islam)

9. Sayyiduna Ibrahim wa Al-Mitsaq ma'a Bani Israil (Nabi Ibrahim dan Pernjanjiannya dengan Bani Israil)

10. Ath-Thari ila Al-Hazimah (Jalan Menuju Kekalahan)

11. Al-Mujaz fi Al-Qadhiyyah Al-Falisthiniyyah (Ringkasan tentang Permasalahan Palestina)

12. Qubur Al-Mutsaqqafin Al-Arab (Kuburan para Pemikir Arab)

 

Meninggal

Prof. Abd As-Sattar diumumkan meninggal beberapa hari lalu, Senin (01/02/2021) di Kota Neblus. Ia menghembuskan nafas terakhir pada usia 72 tahun setelah divonis terjangkit virus Corona.

(T.HS/S: Palinfo.com)

leave a reply
Posting terakhir

Aliansi Jurnalis Palestina: 2021 Adalah Tahun Perjuangan Membela Kebenaran

Aliansi Jurnalis Palestina menyebut bahwa para awak media Palestina selama tahun 2021 membayar kebebasan mereka dengan darah di mana tercatat lebih dari 1.200 pelanggaran terhadap awak jurnalistik, termasuk pembunuhan, penangkapan, penyiksaan, penghancuran markas besar dan penutupan kantor institusi media.