Hebron, SPNA - Tentara pendudukan Israel, pada Sabtu (30/10/2021), benar-benar menutup Masjid Ibrahimi bagi umat Islam di Hebron, Tepi Barat yang diduduki, sambil tetap membukanya bagi pemukim Yahudi.
Syeikh Hafzy Abu Sneineh, direktur Masjid Ibrahimi, menyatakan bahwa tentara Israel menutup masjid bagi muslim dan membukanya bagi pemukim Yahudi, dengan dalih Sabat Sarah Yahudi.
“Masjid ditutup sejak pukul tiga pada hari Jumat, dan penutupan berlanjut hingga pukul sepuluh malam,” tambah Abu Sneineh, sebagaimana dilansir dari Palestina Today.
Penutupan yang dilakukan pasukan pendudukan Israel termasuk pencegahan azan dan melarang kehadiran karyawan Departeman Wakaf di masjid, serta dengan seluruh masjid dilecehkan oleh pemukim Yahudi, termasuk lokasi mimbar dan mihrab berada.
Masjid Ibrahimi ini benar-benar tertutup bagi muslim selama 10 hari setahun selama pelaksanaan acara keagamaan Yahudi.
Hebron menderita tekanan pasukan pendudukan Israel dan pemukim Yahudi di mana lebih dari 50 pusat permukiman Israel yang dihuni 30 ribu pemukim Yahudi tinggal. Permukiman ini memperkuat cengkeraman aktivitas aneksasi otoritas pendudukan Israel yang komprehensif di kota Hebron.
Para pemukim Israel baru-baru ini mendirikan enam pos permukiman terdepan baru di tanah yang dirampas dari penduduk Palestina di provinsi Hebron, di tanah Dura, Bani Naim, Yatta, As-Samou', Al-Dhahiriya, dan Sa'ir.
Hebron tidak tunduk pada perjanjian Oslo 1993. Pada tahun 1997, sebuah perjanjian ditandatangani antara otoritas Palestina dan pendudukan Israel tentang penempatan sebagian tentara Israel di Hebron, di mana kota tersebut dibagi menjadi dua bagian: area H1 dan area H2. Area H1 kendalinya diserahkan kepada otoritas Palestina, dan Area H2 tetap berada di bawah kendali tentara Israel, termasuk Kota Tua.
Hebron adalah kota kedua setelah kota Yerusalem dalam prioritas penargetan pemukiman di bawah otoritas pendudukan Israel, akibat nilai sejarah dan keagamaannya.
(T.FJ/S: Palestina Today)