Ahed Tamimi serukan pesan perlawanan melalui wawancara TV Prancis

Paris, SPNA - Dalam sebuah wawancara dengan televisi Prancis, France 2, aktivis remaja Palestina, Ahed Tamimi, membahas tentang perlawanan warga Palestina ....

BY 4adminEdited Thu,20 Sep 2018,10:22 AM

Paris, SPNA - Dalam sebuah wawancara dengan televisi Prancis, France 2, aktivis remaja Palestina, Ahed Tamimi, membahas tentang perlawanan warga Palestina terhadap pendudukan Israel. Ia juga berbagi kisah mengenai kesulitan yang ia hadapi dalam perjalanan ke luar negeri karena adanya pembatasan yang dilakukan oleh otoritas pendudukan terhadap dirinya.

Ketika ditanya pesan apa yang ingin sampaikan kepada remaja Israel, remaja 17 tahun tersebut berharap agar mereka “menemukan nilai kemanusiaan”.

Ahed menuturkan, “Saya ingin mereka menyadari apa yang terjadi, untuk bisa membedakan kebenaran dari kejahatan. Tapi mereka perlu menemukan nilai kemenusiaan mereka... mereka seharusnya tidak menjadi korban pendudukan. Para pemuda Israel ini menjadi korban kebencian terhadap orang Palestina, namun mereka hanyalah korban.”

Ahed memperoleh pengakuan internasional ketika ia ditangkap karena menampar seorang prajurit Israel pada Desember 2017. Ia masih berusia 16 tahun saat ditangkap dan dibebaskan pada bulan Juli lalu, setelah menjalani delapan bulan masa tahanan. Kasusnya telah memperjelas masalah penangkapan dan penahanan ana-anak Palestina oleh otoritas Israel.

Dikatakannya dalam wawancara tersebut, “Saya pikir ada sebuah isu di media. Kami memerlukan lebih banyak program yang menunjukkan kondisi sesungguhnya para tahanan muda Palestina. Terdapata 150 anak-anak Palestina yang saat ini dipenjara. Dan kondisi penahanan mereka lebih kasar dari yang saya alami, sebab beberapa dari mereka telah terluka sebelum mereka ditangkap.”

Dalam rangkaian wawancara tersebut, Ahed ditanya mengenai aksi yang mengantarkan pada pengangkapannya. Ia menjelaskan bahwa itu “adalah sebuah reaksi yang normal terhadap tentara” pendudukan yang berada di rumahnya.

Pada bulan Agustus, dukungan Ahed terhadap pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah melahirkan kontroversi. Ketika ditanya apakah ia menyesal telah menunjukkan dukunganyya, Ahed mengatakan, “ Tentu saja tidak, Hasan Nasrullah mendukung kasus Palestina. Ia berdiri melawan Amerika Serikat dan Israel. Maka saya setuju dengannya dalam poin ini. Namun terkadang saya setuju dengan seseorang pada satu hal namun tidak pada pada orang yang sama dalam poin yang berbeda.”

Ahed mengatakan bahwa perlawanan bisa terwujud dalam banyak bentuk. “Saya menyeru orang-orang yang melakukan perlawanan dan yang sejenisnya...ini adalah cara melawan yang berbeda terhadap pendudukan. Untuk masing-masing mereka...saya menghormati semua jenis perlawanan.”

Ahed berencana mempelajari hukum internasional sebagai upaya untuk membantu dalam Palestina. Ia telah menyelesaikan ujian tingkat SMA saat berada dalam penjara dan saat ini ia menerima  tawaran untuk melanjutkan studi ke luar negeri.

Dalam wawancara tersebut, Ahed mengirim pesan yang kaut. Dan jika kaum muda mendengarnya, maka ada sebuah harapan bahwa generasi mendatang dapat bekerjasama untuk membuat sesuatu yang berbeda.

(T.RA/S: The Canary)

leave a reply
Posting terakhir