Tel Aviv, SPNA – Surat kabar The Times melaporkan bahwa Israel memalsukan berita terkait korban jiwa dalam serangan Hizbullah terakhir.
Dalam artikel yang ditulis Richard Spencer dari Beirut, Senin (02/09/2019), mengatakan bahwa Israel sengaja memalsukan video agar Hizbullah menghentikan serangan.
Dikutip BBC, Rabu (04/08/2019), Pemerintah Israel memposting video yang memperlihatkan seorang tentara Israel yang terluka untuk membuat Hizbullah percaya bahwa mereka telah mengenai sasaran.
Spencer menambahkan, Israel sengaja melakukan pemalsuan agar Hizbullah menghentikan serangan roket. Dengan demikian mereka dapat meminimalisir kerugian akibat perang serta tak perlu melakukan serangan balasan.
“Upaya Israel tampaknya telah berhasil namun hal ini memicu perdebatan jika langkah Israel dapat merusak kredibilitas mereka di hadapan publik.”
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah bersumpah akan membalas serangan Israel terhadap pangkalan militer Hizbullah di Damaskus di mana dua anggota Hizbullah tewas.
Lalu saat menyerang Israel pada hari Minggu, Hizbullah mengatakan telah menyasar sebuah kendaraan militer IDF lalu membunuh atau melukai tentara Zionis.
Sebuah helikopter juga mendarat di dekat lokasi serangan serta mengevakuasi dua korban ke rumah sakit di Haifa.
Israel lalu memposting rekaman proses evakuasi korban tersebut di media sosial dimana hal ini membuat Hizbullah menghentikan serangan.
Namun setelah itu, Pemerintah Israel menyatakan tidak ada korban dalam serangan Hizbullah.
IDF menjelaskan bahwa beberapa prajurit sempat berada di dalam kendaraan militer yang disasar roket Hizbullah setengah jam sebelum serangan lalu saat Hizbullah melepas roket kendaraan tersebut sudah kosong.
Di lain pihak Hizbullah sangat yakin bahwa serangan mereka mengenai sasaran serta menewaskan prajurit Israel sesuai dengan gambar-gambar yang beredar di media sosial.
Sampai saat ini Israel tidak mengakui terang-terangan atas pemalsuan berita tersebut. Sejumlah pihak mengatakan dua prajurit IDF tersebut dibawa ke IGD lalu keluar dari sana tanpa mendapatkan perawatan apapun.
Sejumlah surat kabar Israel sebelumnya telah membenarkan bahwa pemalsuan laporan korban memang benar-benar terjadi berdasarkan laporan sejumlah pejabat militer.
(T.RS/S:BBC)