Jalur Gaza, SPNA - Tahun 2019 akan berakhir, meninggalkan Palestina dalam kondisi memprihatinkan. Sejumlah pakar ekonomi Palestina sepakat bahwa sektor perekonomian semakin memburuk di akhir tahun 2019.
Khususnya di Gaza, 70% dari populasi Gaza menghadapi rawan pangan, 33,8% hidup di bawah garis kemiskinan ekstrem seperti dilaporkan Wakil Menteri Pembangunan Sosial, Ghazi Hamad dalam konferensi pers.
Sebagian besar penduduk Gaza terpaksa membeli makanan dan air minum dengan meminjam, karena tidak memiliki uang.
Pakar ekonomi Palestina, Osama Naufal kepada Palinfo, (22/12/2019) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Gaza menurun tahun 2019 akibat blokade dan perpecahan antar faksi. Bahkan di kuartal ketiga tahun 2019, Gaza masih belum mengalami perbaikan.
GDP dan Pendapatan per kapita warga Palestina juga menurun di tahun 2019. Khususnya di Gaza sektor ekonomi dan industri merosot tajam aibat blokade dan penghambatan transportasi barang oleh Israel serta tidak ada keseriusan dari pihak Israel dalam menerapkan perjanjian yang disepakati antara Tel Aviv dan Ramallah.
Sementara itu dilaporkan bahwa persentase pengangguran di wilayah Palestina meningkat tajam hingga 46% di Jalur Gaza, sementara 70% warga Gaza juga hidup dibawah garis kemiskinan pada kuartal ketiga tahun 2019. Sementara di Tepi Barat persentase pengangguran mencapai 18%.
Menurutnya, jika kondisi ini terus menerus terjadi maka di tahun 2020 perekonomian Palestina semakin memprihatinkan.
(T.RS/S:Palinfo)