2019: Tahun Penuh Demonstrasi

Jutaan orang memenuhi jalan-jalan di seluruh dunia di 17 negara dari Asia ke Eropa, Amerika Selatan hingga Timur Tengah.

BY Edited Wed,25 Dec 2019,12:05 PM

Ankara, SPNA - Aksi protes yang digelar di jalanan seluruh dunia mengguncang tahun 2019. Demonstrasi massa ini terjadi untuk menentang korupsi, ketidaksetaraan, dugaan kecurangan dalam pemilihan umum, kenaikan harga.

Menurut data yang dihimpun oleh Anadolu Agency, jutaan orang memenuhi jalanan di 17 negara, dari Asia ke Eropa dan dari Amerika Selatan ke Timur Tengah. Ratusan orang kehilangan nyawa, sementara ribuan terluka atau ditahan.

 

Asia

Protes di Wilayah Administratif Khusus Hong Kong China meletus pada bulan April setelah pengajuan RUU yang memungkinkan ekstradisi tersangka di daerah otonom ke daratan China. Khawatir bahwa RUU itu dapat membahayakan kebebasan pribadi mereka jika diberlakukan, para pendukung demokrasi turun ke jalan dalam protes yang melibatkan jutaan orang pada bulan Juni. Terlepas dari penarikan RUU itu, setidaknya lima orang tewas dan lebih dari 5.000 ditahan ketika demonstrasi damai berkembang menjadi kekerasan.

Para siswa di kota-kota besar Indonesia, khususnya ibu kota Jakarta, bergerak memprotes korupsi dan peraturan hukum pidana baru. Lima orang kehilangan nyawa dalam demonstrasi tersebut.

Di India, protes diadakan pada bulan Desember terhadap undang-undang kewarganegaraan baru negara itu, yang memberikan kewarganegaraan kepada enam kelompok agama dari Pakistan, Afghanistan, dan Bangladesh, tetapi diubah untuk mengecualikan imigran Muslim dalam keadaan yang sama.

Di Rusia, protes diadakan di musim panas setelah pembatalan pendaftaran kandidat independen yang ingin berpartisipasi dalam pemilihan Dewan Kota Moskow. Demonstran melanjutkan protes di jalanan menuntut pembebasan sekitar 1.500 tahanan, beberapa di antaranya dijatuhi hukuman penjara yang lama.

Eropa

Di Prancis, protes Yellow Vest (Rompi Kuning) meletus pada Oktober tahun lalu hingga kini, menjadi salah satu gerakan anti-pemerintah yang paling lama berjalan dalam sejarah negara itu terhadap kebijakan kontroversial Presiden Emmanuel Macron. Demonstrasi menyebabkan 11 pemrotes dan polisi tewas dan lebih dari 4.000 terluka, menurut pemerintah Prancis. Paling tidak sekitar 8.400 orang telah ditangkap sejak awal protes Yellow Vest, dan 2.000 orang ditahan.

Pada November, lebih dari 200.000 orang berkumpul di ibu kota Czechia, Praha, menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Andrej Babis dan Menteri Kehakiman Marie Benesova, karena dugaan hubungan korupsi.Demonstran pro-kemerdekaan di Catalonia, Spanyol memenuhi jalan-jalan pada Oktober setelah Mahkamah Agung menghukum sembilan politisi Katalan ke penjara.

Amerika Selatan

Setelah pemilihan pada Oktober di Bolivia, orang-orang di ibu kota La Paz mengadakan demonstrasi menentang Presiden Evo Morales atas tuduhan penipuan pemilu. Morales mengundurkan diri dan pindah ke Meksiko pada bulan November. Setidaknya 31 orang kehilangan nyawa dalam protes yang berlangsung di seluruh negeri tersebut.

Protes di Chili dimulai di ibukota Santiago sebagai tanggapan atas usulan kenaikan harga tarif kereta bawah tanah. Demonstrasi segera menyebar ke seluruh negeri. Setidaknya 22 orang tewas dan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa ditahan dalam demonstrasi di mana orang-orang menyatakan tuntutan untuk kesetaraan pendapatan dan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas.

Demonstrasi di Kolombia meletus pada bulan November karena sejumlah masalah, seperti kurangnya rencana ekonomi nasional di negara itu, korupsi dan pembunuhan aktivis hak asasi manusia. Sekitar 300.000 orang berpartisipasi dalam protes di seluruh negeri, setidaknya lima orang tewas dan hampir 1.000 orang terluka.

Pada bulan Oktober, protes dimulai di Ekuador setelah Presiden Lenin Moreno mengakhiri subsidi bahan bakar dan langkah-langkah penghematan yang memotong gaji pegawai negeri sipil. Protes berakhir setelah kesepakatan yang dicapai oleh pemerintah Ekuador dan kelompok masyarakat adat.

Protes dimulai di ibukota Haiti Port-au-Prince pada bulan Februari, menuntut pengunduran diri Presiden Jovenel Moise. Demonstran juga menuntut pemerintah sementara dan pejabat yang korupsi. Selama demonstrasi di negara itu, 40 orang tewas dan hampir 200 lainnya terluka sejak September.

Timur Tengah

Setelah Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan kelima di bulan Februari, sekitar tiga juta orang turun ke jalan-jalan menuntut penarikan penuh rezim Bouteflika. Berkuasa selama 20 tahun, Bouteflika mengumumkan pengunduran dirinya pada 2 April sebagai akibat dari demonstrasi besar-besaran. Lalu, Abdelmadjid Tebboune menjadi presiden baru negara itu pada 12 Desember.

Lebih dari 4.000 orang, termasuk 11 wartawan, ditangkap pada bulan September di tengah protes di Mesir. Para pejabat di ibukota Kairo dan kota-kota lain dituduh menggunakan dana publik untuk mendapatkan kekayaan pribadi.

Protes dimulai di Iran ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga bensin 50% pada bulan November. Selama demonstrasi, lebih dari 140 demonstran di 22 kota tewas dan lebih dari 1.000 orang ditahan dalam protes di seluruh negeri.

Rakyat Irak telah melakukan protes sejak Oktober terhadap pemerintah atas tuduhan korupsi. Menurut data pemerintah, lebih dari 350 orang telah tewas dan hampir 1.000 terluka dalam protes jalanan di Baghdad dan Irak selatan.

Di Lebanon, demonstrasi dimulai pada Oktober sebagai tanggapan atas upaya pemerintah untuk mengenakan pajak pada komunikasi dan, khususnya, jejaring sosial WhatsApp. Perdana Menteri Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran dirinya sebagai akibat dari demonstrasi yang menyebar di seluruh negeri dalam waktu singkat.

(T.RA/S: Anadolu Agency)

leave a reply
Posting terakhir