Gaza, SPNA - Sitem perawatan kesehatan di Jalur Gaza mungkin tidak akan mampu melayani pasien jika terjadi lonjakan jumlah kasus virus corona, sebuah kelompok Hak Asasi Manusia Palestina memperingatkan pada hari Kamis (26/03/2020).
Pusat Hak Asasi Palestina (PCHR) meminta adanya intervensi internasional "sebelum terlambat untuk mencegah runtuhnya sistem kesehatan," di wilayah itu.
"Fasilitas perawatan kesehatan di Gaza telah berada di ambang kehancuran akibat penutupan yang diberlakukan Israel atas Jalur Gaza selama 13 tahun, diperburuk dengan perpecahan internal dan percekcoka politik," ungkap lembaga tersebut dalam sebuah pernyataan.
Gaza adalah rumah bagi dua juta penduduk. Israel telah melakukan pembatasan pergerakan di wilayah itu sejak Intifada Kedua Palestina pada tahun 2000. Pembatasan ini semakin meningkat pada Juni 2007 ketika Israel memberlakukan blokade darat, laut dan udara, dengan alasan keamanan.
Kemarin, Kementerian Kesehatan wilayah itu melaporkan bahwa terjadi penambahan tujuh kasus baru, sehingga totalnya menjadi sembilan.
Pekan lalu, Michael Lynk, pelapor khusus PBB tentang situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki sejak 1967, mengatakan bahwa dirinya sangat khawatir akan potensi dampak COVID-19 terhadap populasi Jalur Gaza.
"Sistem kesehatan Gaza telah rapuh, bahkan sebelum pandemi ini terjadi," tuturnya.
Setelah pertama kali muncul di Wuhan, China Desember lalu, virus ini telah menyebar ke setidaknya 175 negara dan wilayah.
Jumlah kasus yang dikonfirmasi di seluruh dunia telah melampaui 472.000, sementara jumlah kematian lebih dari 21.300, menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University yang berbasis di AS.
(T.RA/S: Anadolu Agency)