Bersama tentara pendudukan, media Israel terlibat melawan orang-orang Palestina

Pembunuhan terhadap seorang ibu yang sedang mengandung, Inas Khammash, beserta putrinya yang berusia 18 bulan dalam serangan udara Israel di Gaza, tidaklah lebih menarik bagi media Israel dibanding pembatalan pernikahan di pemukiman ilegal Sderot.

BY 4adminEdited Mon,13 Aug 2018,10:27 AM

Days of Palestine - Gaza

Gaza, SPNA – Pembunuhan terhadap seorang ibu yang sedang mengandung, Inas Khammash, beserta putrinya yang berusia 18 bulan dalam serangan udara Israel di Gaza, tidaklah lebih menarik bagi media Israel dibanding pembatalan pernikahan di pemukiman ilegal Sderot.

Jurnalis Israel, Gideon Levy, mengamati akun para pejabat Israel di media sosial dan menemukan tulisan mereka yang mencerminkan betapa mereka sangat 'haus darah'.

Dikatakannya, menteri Israel Yoav Galant, seorang pria yang tangannya berlumuran darah warga Gaza, membuat tulisan yang dipetik dari Alkitab, "Aku akan mengejar musuh-musuhku dan menangkap mereka, aku tidak akan kembali sampai mereka selesai."

Di saat yang sama, menurut Levy, menteri terkemuka Israel menulis, "IDF harus memukul mereka dengan seluruh kekuatannya, tanpa pikir dan ragu-ragu,

Ketika semua itu terjadi, Levy menulis kepada Haaretz, Inas, seorang ibu Palestina di bulan kesembilan kehamilannya dan Bayan Khammash yang berusia 18 bulan terkena jet Israel, yang menghancurkan tubuhnya menjadi beberapa bagian. Ayah dari keluarga tersebut, Mohammed, pun terluka parah.

Pembunuhan ibu dan anak itu, sedikitpun tidak memuaskan rasa 'haus darah' di media sosial.

Berbicara tentang media Israel, Levy mengatakan bahwa mengabaikan terhadap para korban, bahkan pembunuhan seorang ibu yang hamil beserta putrinya, adalah tindakan kolaborasi dengan propaganda masa perang. Ketidakpedulian publik terhadap setiap pembunuhan, ditambah dengan rasa haus darah yang telah menjadi benar secara politik, juga merupakan bukti titik nadir yang tak tertandingi.

Tidak sulit membayangkan apa yang akan terjadi, baik di Israel maupun di luar negeri, jika warga Palestina membunuh seorang wanita Israel yang sedang hamil dan bayi perempuannya. Tetapi Inas dan Bayan adalah orang Palestina dari Dir al-Balah.

Levy bertanya-tanya, “Apakah masih ada orang Israel yangsesaat saja melirik pada orang yang mereka cintai dan membayangkan betapa kejamnya pembunuhan terhadap ibu yang hamil beserta bayi dalam pelukannya? Apakah masih terlintas pikiran bahwa Inas dan Bayan adalah seorang ibu hamil dan bayi perempuan, sebagaimana tetangga di seberang jalan sana? Seperti putri dan cucu perempuanmu. Seperti istri dan anak perempuanmu.

 “Mengingat semua ini, apakah masih ada kemungkinan bahwa pembunuhan seorang ibu dan anak perempuan akan mengejutkan siapa pun di sini (Israel)? Bahwa itu akan menyentuh hati siapa pun?”

Dia melanjutkan, “Selama hampir 12 tahun, Gaza telah ditutup untuk wartawan Israel atas perintah Israel, dan media pertempuran Israel menerima ini secara submisif, bahkan dengan senang hati. Betapa saya berharap dapat pergi ke rumah Inas dan Bayan sekarang juga, untuk menceritakan kisah mereka dan, lebih dari itu, untuk mengingatkan pembaca bahwa mereka adalah manusia, orang - hal yang sangat sulit dilakukan di atmosfer Israel saat ini. ”

Levy mengingat kembali perjalanan terakhirnya ke Gaza: “Pada salah satu perjalanan terakhir kami ke Gaza, pada September 2006, fotografer Miki Kratsman dan saya pergi ke rumah keluarga Hammad di kamp pengungsi Brasil di Rafah. Sebuah kawah besar telah terbuka beberapa ratus meter dari gubuknya. Di ruang remang-remang, kami tidak melihat apa pun kecuali kursi roda yang hancur dan seorang perempuan lumpuh yang terbaring di sofa.

“Beberapa malam sebelumnya, keluarga itu mendengar pesawat terbang di atas. Basma, sosok yang lumph total, terbaring di ranjang besinya. Dia dengan cepat memberi tahu putrinya, Dam al-Iz, yang berusia 14 tahun, untuk bergegas kepadanya agar dia bisa melindungi gadis itu dengan tubuhnya sendiri. Atap beton menabrak mereka dan membunuh Dam, anak perempuan satu-satunya, yang berbaring meringkuk di pelukan ibunya. ”

Levy menyimpulkan, "Sejak Inas dan Bayan terbunuh, saya telah memikirkan Dam al-Iz dan ibunya lagi."

(T.RA/S: Days of Palestine)

leave a reply
Posting terakhir