Tahanan wanita Palestina di penjara Israel alami kekerasan

Ramallah, SPNA - Hidup terpisah dari anak-anak mereka, puluhan wanita Palestina mengalami kekerasan di penjara Israel, para aktivis ....

BY 4adminEdited Wed,10 Oct 2018,11:20 AM

Ramallah, SPNA - Hidup terpisah dari anak-anak mereka, puluhan wanita Palestina mengalami kekerasan di penjara Israel, para aktivis Palestina melaporkan.

Dalam laporan terbaru, Addameer Prisoner Support dan Human Rights Association mengatakan bahwa pemerintah Israel menahan 51 wanita, termasuk sembilan perempuan yang terluka dan dua anak di bawah umur.

Menurut LSM tersebut, Israel telah menahan 516 wanita sejak 2015, di antaranya 90 wanita telah ditangkap sejak awal tahun ini.

Bulan lalu, jurnalis wanita Palestina Lama Khater ditangkap dalam serangan Israel di rumahnya di kota Hebron, Tepi Barat.

"Puluhan tentara Israel mengepung dan menyerbu rumah kami sebelum menangkapnya di depan anak-anak kami," kata suaminya Hazem Fakhori kepada Anadolu Agency.

Seorang ibu lima anak, Khater adalah seorang aktivis Palestina, yang menulis serangkaian artikel di sejumlah harian Palestina.

"Kami kehilangan banyak hal sejak ia ditangkap," kata Fakhori. “Kami sangat merindukannya, dia bukan hanya sebagai ibu dari anak-anak kami tetapi juga seorang teman.”

Fakhori menuduh tentara Israel menyalahgunakan penangkapan istrinya, dengan alasan bahwa tentara terus meneriakinya selama penahanan.

"Beberapa kali ia dibawa kali ke dokter, yang hanya memberinya beberapa obat penghilang rasa sakit sebelum mengirimnya kembali untuk diinterogasi," katanya.

“Lama seharusnya berada di antara keluarganya dan anak-anaknya yang membutuhkannya dan merindukannya,” katanya, menggunakan nama depan istrinya.

Menurut Addameer, Israel telah menangkap 10.000 wanita Palestina sejak perang Timur Tengah 1967.

Sekitar 6.500 warga Palestina yang saat ini mendekam di penjara di seluruh Israel, menurut angka yang dirilis pihak Palestina.

Kisah memilukan lainnya datang dari kasus Israa Jaabis, seorang wanita Palestina yang diserang saat berada di mobilnya dan dibiarkan menderita di penjara Hasharon Israel.

"Jaabis harus segera menjalani operasi di tangan, wajah, telinga, dan giginya," kata Ra'afat Hamdoneh, kepala Pusat Studi Tahanan Palestina.

Jaabis ditahan oleh pasukan Israel pada Oktober 2015 ketika mobilnya meledak akibat ledakan silinder gas memasak yang dibawanya dan menyebabkan luka bakar yang sangat parah.

Otoritas Israel menuduhnya sengaja mencoba meledakkan mobilnya dan memvonisnya 11 tahun penjara atas tuduhan percobaan pembunuhan.

Menurut Hamdoneh, jari Jaabis diamputasi dan dia bernafas melalui mulut karena lubang yang menganga di hidungnya.

"Ia juga menderita gangguan saraf, syok dan masalah psikologis yang parah diperburuk oleh pemenjaraannya," katanya.

Sahar Francis, direktur Addameer, mengatakan tentara Israel memperlakukan wanita Palestina dengan sangat kejam sejak saat pertama penahanan mereka.

"Penyiksaan dan pelecehan dimulai sejak saat pertama penahanan dan berlanjut selama interogasi," kata Francis kepada Anadolu Agency.

Ia menggambarkan interogasi sebagai "fase yang paling kejam" dari penahanan mereka.

"Narapidana tidak hanya mengalami penyiksaan fisik - seperti diikat dan dipukuli - tetapi juga menjadi sasaran karena alasan jenis kelamin," katanya.

(T.RA/S:  Anadolu Agency)

leave a reply