Al-Sisi: Perselisihan dengan Ethiopia Berkenaan Nil Telah Berlangsung Lama

Al-Sisi menjelaskan bahwa pembangunan bendungan Renains oleh Ethiopia merupakan suatu hal yang sah dan legal, namun mengeksploitasi seluruh pengairan melalui bendungan tersebut untuk dialirkan ke negara mereka saja; melanggar prinsip dan aturan hukum internasional, dan mengancam pasokan air untuk 100 juta orang Mesir.

BY Edited Thu,10 Dec 2020,01:30 PM


Kairo, SPNA - Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dalam wawancaranya dengan surat kabar Prancis Le Figaro, mengatakan bahwa perairan Sungai Nil sangat penting bagi Mesir, dan perselisihan dengan Etiopia mengenai Bendungan Renaisans telah berlangsung lama.

Dikutip RT.Arabic, Rabu (09/12/2020), Al-Sisi menjelaskan bahwa pembangunan bendungan Renains oleh Ethiopia merupakan suatu hal yang sah dan legal, namun mengeksploitasi seluruh pengairan melalui bendungan tersebut untuk dialirkan ke negara mereka saja; melanggar prinsip dan aturan hukum internasional, dan mengancam pasokan air untuk 100 juta orang Mesir.

"Kami tetap berkomitmen pada solusi hukum yang adil dan untuk mencapai kesepakatan yang mengikat semua pihak,” tegas Presiden Mesir tersebut.

Ia menyebutkan bahwa ia tidak mempermasalahkan kalau Ethiopia ingin menguasai bendungan tersebut, namun dengan syarat, ia harus melindungi kepentingan ketiga negara Mesir, Ethiopia dan Sudan, dengan mempertahankan hak masing-masing negara tersebut atas air.

“Setelah sepuluh tahun negosiasi, tibalah waktunya untuk menyelesaikan dan menandatangani perjanjian ini."

(T.NA/S: RT Arabic)

leave a reply
Posting terakhir

Liga Arab Kirim Pesan ke Ethiopia Terkait Hak Mesir dan Sudan Terhadap Sungai Nil

“Kami berharap perundingan ini akan mengarah pada tujuan yang diinginkan, yaitu mencapai kesepakatan yang sah, mengikat, dan adil yang memperhitungkan kepentingan semua pihak, dan mengatur proses pengisian dan pengoperasian bendungan. Menghindari tindakan sepihak dan dengan cara menjaga hak air bagi Mesir dan Sudan, di sepanjang jalur aliran sungai,” kata Aboul Gheit dalam pertemuan kerja sama umum antara Liga Arab dan Uni Afrika.