AS Kembali Menjadi Alasan di Balik Bungkamnya DK PBB Terhadap Kasus Palestina

Amerika Serikat (AS) lagi-lagi menolak keinginan forum Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan sikap resmi terhadap apa yang berlangsung di Palestina saat ini. AS di bawah Presiden Joe Biden lebih memilih untuk melakukan negosiasi di belakang layar.

BY Edited Mon,17 May 2021,05:50 PM

New York, SPNA - Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sebab di balik bungkamnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) atas situasi yang sedang berlangsung di Palestina saat ini. Ini merupakan yang ketiga kalinya Amerika keberatan jika DK PBB mengeluarkan pernyataannya tentang kasus yang sedang berlangsung tersebut.

Media mengutip dari sumber diplomatik hari ini, Senin (17/05/2021), bahwa Amerika Serikat membenarkan posisinya dengan alasan lebih banyak menghabiskan waktu untuk upaya diplomatik. Menurut "Negara Super Power" tersebut langkah diplomasi dan bekerja di belakang layar lebih penting dan tepat untuk saat ini.

 Disebutkan bahwa China, Tunisia dan Norwegia telah menyiapkan draf yang ditawarkan untuk menjadi sikap resmi dari DK PBB jika memang disetujui. Intinya, DK PBB mengkrtitik kedua belah pihak yang saat ini terjebak dalam jual beli serangan yang banyak menimbulkan korban dari warga sipil.

Sesi pembahasan draf tersebut telah berlangsung pada hari Senin dan Rabu pekan lalu. Empat belas dari total 15 anggota DK PBB telah menyatakan sikup setuju mereka. Meski demikian pernyataan sikap tersebut masih belum diresmikan karena tidak mendapatkan persetujuan dari Amerika.

Sekjen PBB kecam serangan Israel ke Gaza

Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres, dalam pidatonya di forum Dewan Keamanan PBB, Minggu (16/05),  mengecam serangan Israel ke  Gaza. Banyaknya korban jiwa dari warga sipil di pihak Gaza baginya sangat mengerikan.

Ia mengajak kedua belah pihak yang bertikai mau memberikan celah bagi pihak ketiga yang ingin melakukan mediasi gencatan senjata. Serta kembali ke meja negosiasi.

"Satu-satunya jalan untuk keluar dari kondisi ini adalah dengan kembali ke meja negosiasi dengan tujuan mendirikan dua negara yang dapat hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan dengan saling memberikan pengakuan. Serta dengan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota kedua negara sesuai dengan resolusi PBB, UU internasional dan kesepakatan-kesepakatan yang telah ada sebelumnya." Ucapnya.

 Jumlah Korban Terakhir.

Dikutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina, Senin (17/05/2021) pukul 12;30 waktu Gaza, jumlah korban jiwa dalam serangan Israel ke Gaza sejak 10 Mei mencapai 198 jiwa dan 1.300 lainnya luka-luka.

(T.HN/S: Arabic.rt.com)

leave a reply
Posting terakhir