Tel Aviv, SPNA - Pihak Israel, pada hari Selasa (08/03/2022), mengatakan siap untuk menerima hingga 5.000 warga Ukraina yang melarikan diri dari invasi Rusia dan mengizinkan 20.000 warga Ukraina lainnya yang tiba sebelum pertempuran untuk tetap tinggal sementara, Reuters melaporkan.
Kebijakan tersebut ditegaskan oleh Menteri Dalam Negeri, Ayelet Shaked pada konferensi pers, di mana dia juga mengatakan bahwa Israel bersiap untuk kemungkinan masuknya puluhan ribu orang Ukraina yang warisan Yahudinya memberi mereka status imigran di bawah hukum Israel.
"Israel akan menampung sementara sekitar 20.000 warga Ukraina yang tinggal, kebanyakan dari mereka secara ilegal, di Israel sebelum pertempuran pecah," kata Shaked, mengacu pada pengunjung dan pekerja, seperti pengasuh untuk orang tua, yang memperpanjang visa mereka.
"Selain itu, jika, Tuhan melarang, pertempuran tidak berakhir dalam waktu yang wajar, kami akan mengizinkan mereka bekerja di Israel," katanya.
Shaked mengatakan bahwa hingga 5.000 warga Ukraina yang diizinkan untuk melarikan diri dari pertempuran saat ini akan menerima visa tiga bulan dan diizinkan untuk mencari pekerjaan jika situasinya tidak berubah di Ukraina.
Pada hari yang sama, Uni Eropa mengatakan bahwa negara-negara anggotanya sejauh ini telah menerima dua juta pengungsi yang melarikan diri dari invasi Rusia dan memperkirakan jutaan lainnya untuk mengikuti.
Israel telah terlibat dalam upaya diplomatik untuk mencoba mengakhiri perang di Ukraina. Pekan lalu, Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengadakan pembicaraan di Moskow dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan berbicara melalui telepon dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.
Putin dan Bennett kembali membahas konflik di Ukraina, melalui telepon, pada hari Selasa.
Dalam pembacaan panggilan tersebut, Kremlin mengatakan bahwa Putin telah memberi tahu Bennett tentang penilaian Moskow atas pembicaraan putaran ketiga antara pejabat Rusia dan Ukraina yang berlangsung pada hari Senin.
(T.RA/S: MEMO)