Dinginnya Respon Negara Arab Terhadap Penistaan Al-Aqsa oleh Israel; Lemah atau Membiarkan?

Yerusalem, SPNA - Penistaan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa semakin menjadi. Hal itu berlangsung melalui kunjungan beruntun pemukim Yahudi  di bawah perlindungan ketat dari militer ....

BY 4adminEdited Thu,21 Apr 2022,09:41 AM

Oleh: Usamah Sa’d

Penulis opini di website Palestina Palinfo.com

Yerusalem, SPNA - Penistaan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa semakin menjadi. Hal itu berlangsung melalui kunjungan beruntun pemukim Yahudi  di bawah perlindungan ketat dari militer Israel. Perlindungan militer ini biasanya berujung pada penyerangan terhadap jemaah masjid. Khususnya ketika jemaah menolak untuk membubarkan diri saat diminta membuka jalan bagi warga Yahudi yang ingin masuk berkunjung dan beribadah di sana.

Terkait kunjungan Yahudi ke Masjid Al-Aqsa ada satu poin yang harus dicatat. Bahwa Yahudi sering mengklaim bahwa kunjungan tersebut hanya dilakukan oleh segelintir orang Yahudi Israel yang disebut sebagai kelompok ekstremis. Dalam artian bahwa kunjungan tersebut bukanlah langkah resmi Negara untuk mencaplok Masjid Al-Aqsa. Tapi lebih kepada memfasilitasi permintaan sebagian warganya.

Sayangnya klaim Israel ini diadopsi mentah-mentah oleh media dan para pengamat politik. Mereka jamak mengistilahkan “yahudi ekstrem” untuk pemukim Israel yang mendatangi Masjid Al-Aqsa.

Klaim Israel tersebut tentu merupakan sebuah kedustaan. Hal itu dapat dibuktikan dengan jumlah pengunjung Yahudi yang begitu besar. Jelas bahwa kunjungan pemukim Yahudi ke Masjid Al-Aqsa mendapatkan dukungan resmi dari pemerintah dan sarat dengan misi politik.

Pemerintah Israel, beralasan bahwa dukungan mereka merupakan kewajiban negara untuk melayani kebebasan beragama warganya. Negara Yahudi itu juga tidak perlu banyak memikirkan efek yang ditimbulkan dari kebijakannya. Mereka sangat yakin tidak akan ada penolakan berarti dari negara-negara Arab. Jika pun ada kecaman-kecaman kecil, itu hanya untuk menghibur hati warga Palestina, toh mereka memiliki hubungan diplomatik yang begitu erat dan mesra.

Sebagian pihak beropini bahwa negara Arab dalam posisi lemah dan tidak memiliki pilihan untuk menekan Israel. Saya tidak sepakat. Sikap negara Arab menurut saya lebih dipengaruhi oleh keyakinan mereka bahwa warga Palestina saat ini senang mempermasalahkan perkara yang sama sekali tidak penting.

Mereka benar-benar meyakini itu. Membiarkan Yahudi beribadah di Masjid Al-Aqsa bukanlah masalah besar.

Argumen untuk membuktikannya bisa kita lihat dalam beberapa pernyataan dan kebijakan negara Arab yang telah saya kumpulkan di bawah ini.

Di Palestina sendiri, Mansur Abbas, salah satu politikus berketurunan Arab yang ikut masuk dalam pemerintahan Israel, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa tidak masalah jika Yerusalem dijadikan kota tiga Agama dan membiarkan pemeluk setiap agama untuk beribadah dengan bebas.

Pemerintah Palestina yang terikat perjanjian kerjasama keamanan dengan Israel juga berkewajiban menjamin keselamatan setiap pemukim Yahudi. Serta mencegah terjadi hal yang buruk kepada mereka. Dari itu kita sering mendengar celaan yang dikeluarkan Pemerintah Palestina mengecam aksi penyerangan perorangan warga Palestina terhadap pemukim Yahudi.

Sedangkan di wilayah Teluk, perkara ini sudah sangat jelas.

Uni Emirat Arab (UEA) yang bisa dikatakan sebagai negara paling berpengaruh di wilayah tersebut, khususnya negara-negara yang telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel, belum lama ini telah membangun situs Pusat Tiga Agama; Yahudi, Kriten dan Islam, di Dubai.

Maksudnya, jika mereka sudah menerima keberadaan Yahudi di negara mereka, bagaimana mungkin akan menentangnya di tanah Palestina.

Beberapa waktu lalu, Aljazeera juga melaporkan bahwa UEA akan membangun sebuah distrik khusus bagi umat Yahudi di Ibu Kota Dubai, lengkap dengan sinagoge dan pusat komunitas mereka.

Adapun Maroko, normalisasi hubungan yang mereka tandatangani dengan Israel salah satunya justru berisi persetujuan Negari Matahari Terbenam tersebut untuk mendirikan rumah ibadah Yahudi.

Selanjutnya Mesir. Negara yang sering menjadi penengah antara Israel dan Pejuang Palestina Gaza ini, nampaknya juga tidak terlalu mempermasalahkan gelombang besar kunjungan Yahudi Israel ke Masjid Al-Aqsa.

Sikap yang sama juga ditunjukkan Yordania. Pihak yang memiliki legalitas internasional untuk mengatur Masjid Al-Aqsa ini  malah terlihat tidak bertaji. Yordania hanya bisa mengecam, dan diwaktu yang sama juga menyebutkan bahwa pihak kerajaan sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama.

Sedangkan negara Arab lainnya, nampaknya sama sekali tidak mau mengambil pusing dengan kasus Yerusalem dan Al-Aqsa. Tidak ada satupun kebijakan yang keluar dari mereka yang dapat mengguncang pemerintahan Amerika dan menekan Israel.

Jadi, Negara Arab sebenarnya tidak dalam posisi lemah. Hanya saja mereka menganggap bahwa ibadah umat Yahudi di Masjid Al-Aqsa adalah perkara lumrah, tidak perlu memberikan respon yang berarti. Bukan tidak mungkin, kedepan mereka juga akan mengeluarkan pernyataan mengkritik warga Palestina yang  dianggap menghalangi umat lain beribadah.

Satu hal yang menarik adalah, ketika Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, tidak meminta untuk berbicara di depan parlemen negara Arab manupun. Padahal dia begitu gigih mencari dukungan dari parlemen negara-negara Eropa, untuk melawan ekspansi Rusia.  Mungkin saja pria 44 tahun yang berjanji akan bertarung dengan Rusia hingga titik darah penghabisan tersebut, tidak mau menaruh banyak harapan, kepada mereka yang tidak punya nyali bahkan untuk membela kehormatannya sendiri.

(T.HN/S: Palinfo.com)

leave a reply
Posting terakhir