Al-Aqsha Hadapi Pelanggaran yang Belum Pernah Terjadi Sejak Perang 1967

Al-Aqsha menjadi target serbuan harian yang dilakukan pemukim Yahudi Israel pada waktu pagi dan sore hari, kecuali hari Jumat dan Sabtu. Hal ini dilakukan otoritas pendudukan Israel sebagai upaya untuk memaksakan pembagian waktu dan kawasan kompleks Al-Aqsha bagi Yahudi.

BY 4adminEdited Mon,29 Aug 2022,01:33 PM

Yerusalem, SPNA - Sekelompok pemukim Israel, pada Minggu (28/08/2022), menyerbu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsha melalui Gerbang Al-Asbat di sebelah utara Al-Aqsah, untuk pertama kalinya sejak pendudukan kota Yerusalem pada “Perang Juni” pada tahun 1967.

Berdasarkan laporan surat kabar Israel, Israel Hayom, pemukim Israel menganggap bahwa tindakan ini merupakan hal positif yang perlu dilestarikan karena membuktikan bahwa “tidak ada rasa takut bagi orang Yahudi untuk masuk melalui gerbang ini”.

“Pagi ini, orang-orang Yahudi masuk melalui gerbang Al-Asbat dengan lancar dan tanpa masalah. Preseden ini harus diterapkan terlebih dahulu pada hari-hari khusus (Yahudi) dan hari ramai ketika pintu masuk melalui Gerbang Mughrabi mampu menampung ribuan peziarah Yahudi. Ini adalah preseden positif,” kata salah seorang pimpinan pemukim Israel.

Media Palestina melaporkan bahwa ratusan pemukim menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha, melalui Gerbang Mughrabi, pada pagi Minggu, di bawah perlindungan ketat polisi pendudukan Israel. Polisi pendudukan Israel mengizinkan beberapa pemukim Israel menyerbu masuk kompleks Al-Aqsha melalui Gerbang Al-Asbat.

Departemen Wakaf Islam di Yerusalem yang diduduki mengkonfirmasi bahwa kelompok pemukim Israel dalam gelombang kunjungan berturut-turut, menyerbu Al-Aqsha, dengan jumlah total mencapai 289 pemukim. Mereka menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsha sejak pagi hari dan melakukan tur provokatif di dalam kompleks Al-Aqsha.

Para gerombolan penyusup dari pemukim Israel ini menerima penjelasan tentang dugaan adanya “Bangunan Kuil Yahudi” atau “Haikal Sulaiman” di bawah kompleks Al-Aqsha. Mereka melakukan ritual ibadah Talmud Yahudi di daerah Bab Al-Rahma, di sebelah timur kompleks Al-Aqsa dan di seberang Masjid Kubah Batu, sebelum akhirnya meninggalkan kompleks Al-Aqsha dari sisi Bab Al-Silsilah.

Direktur Masjid Al-Aqsha, Omar Al-Kiswani, mengatakan bahwa sekelompok pemukim Israel melakukan tarian di dalam Masjid Al-Aqsha dan mereka diusir keluar melalui Gerbang Al-Asbat dan kemudian dimasukkan lagi oleh pasukan pendudukan Israel melalui gerbang yang sama.

Omar Al-Kiswani mengkonfirmasi dalam pernyataan pers bahwa Departemen Wakaf sedang melihat pembukaan Gerbang Al-Asbat yang dilakukan otoritas pendudukan Israel untuk membolehkan pemukim Yahudi untuk menyerbu masuk Al-Aqsha dengan cara cukup serius. Hal ini dilakukan otoritas pendudukan Israel setelah tuntutan “Organisasi Kuil” untuk membuka semua pintu kompleks Al-Aqsha bagi para penyusup Yahudi.

Al-Aqsha menjadi target serbuan harian yang dilakukan pemukim Yahudi Israel pada waktu pagi dan sore hari, kecuali hari Jumat dan Sabtu. Hal ini dilakukan otoritas pendudukan Israel sebagai upaya untuk memaksakan pembagian waktu dan kawasan kompleks Al-Aqsha bagi Yahudi.

Sebuah laporan statistik Departemen Wakaf yang didokumentasikan selama paruh pertama tahun 2022 ini, menunjukkan bahwa sebanyak 27.123 pemukim Israel menyerbu masuk Masjid Al-Aqsha. Serbuan, serangan, dan pelanggaran ini meningkat selama bulan Ramadhan.

Peneliti Yerusalem, Fakhri Abu Diab, memperingatkan bahwa otoritas pendudukan Israel sedang mengerjakan proyek “Kompleks Suci Yahudi”, yang akan melikuidasi lebih dari 35 persen monumen Islam dan Kristen di Yerusalem. Hal ini dilakukan untuk merusak nuansa Islam dan Kristen dan menggantinya dengan nuansa atau narasi yang sesuai dengan Yahudi.

Menurut Fakhri Abu Diab, proyek Yahudisasi dimulai dari Sheikh Jarrah di utara Yerusalem, hingga Silwan di selatan Al-Aqsha, di atas lahan seluas 17.500 dunam atau 1.750 hektare.

Otoritas pendudukan Israel ingin merampas lebih 26.500 dunam atau 2.650 tanah Kota Tua dan sekitarnya, setelah menambahkan kawasan Bukit Zaitun, Bukit Al-Masarif, dan Al-Thawri, sampai ke Jabal Mukaber.

Peneliti Yerusalem, Fakhri Abu Diab, percaya bahwa proyek Yahudisasi ini adalah salah satu proyek paling berbahaya yang bertujuan untuk melumpuhkan Masjid Al-Aqsha dan menjauhkan penduduk Palestina, terutama yang tinggal di Yerusalem dari Al-Aqsha.

Fakhri Abu Diab menekankan bahwa otoritas pendudukan Israel memanfaatkan segala kemungkinan untuk mengubah wajah historis dan peradaban Yerusalem agar sesuai dengan narasi Yahudi.

“Wajah Yerusalam (sekarang), kemungkinan akan berubah beberapa tahun ke depan, menjadi Yerusalem Yahudi setelah menghilangkan bukit historis dan peradaban Islam dan Kristen dari kota itu,” kata Fakhri Abu Diab.

(T.FJ/S: Palinfo)

leave a reply
Posting terakhir

Belum Pernah Terjadi Sebelumnya, Israel Berencana Rampas Tanah Gereja di Yerusalem

“Ini adalah tindakan brutal, yang merupakan serangan langsung dan disengaja terhadap orang Kristen di Tanah Suci Yerusalem, gereja, dan hak-hak sejarah mereka yang dijamin secara internasional di kota Yerusalem, dengan dalih untuk melindungi ruang hijau. Rencana ini melayani agenda ideologis (Yahudi) yang menyangkal status dan hak-hak orang Kristen di Yerusalem,” sebut para pemimpin gereja.